India memiliki 3.691 situs arkeologi dan 38 di antaranya terdaftar sebagai situs warisan dunia. Salah satunya adalah Taj Mahal.
Pada bulan Januari-Februari, Taj Mahal sanggup untuk menjual sebanyak 22.000 tiket. Namun dua hari sebelum penutupan Taj Mahal, tiket bahkan tak terjual sampai 8.000.
Tak hanya itu, sektor maskapai pun ikut merasakan imbasnya. Centre for Asia Pacific Aviation India (CAPA) mengatakan bahwa industri penerbangan di India sudah merugi sebesar USD 500-600 juta di awal tahun sejak wabah pandemi Corona atau sekitar Rp 9 triliun.
CAPA memperingkatkan pemerintah, jika tidak melakukan intervensi maka beberapa maskapai penerbangan India akan tutup pada bulai Mei atau Juni karena krisis keuangan.
Padahal musim panas sudah di depan mata. Musim ini menjadi momen yang ditunggu oleh India untuk mendapatkan uang dari pariwisata.
"Bisnis benar-benar tersendat. Bahkan jika COVID-19 menurun, pemulihan masih akan memakan waktu 8-10 bulan. Stakeholder swasta tak akan pulih tanpa bantuan keuangan dari pemerintah," ujar Siddhart Jain, CEO Sapphire Ventures dan Direktur Kazin Travel Consultants LLP.
Industri pariwisata India sendiri berkontribusi sekitar 10 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto).
"Kami berharap akan menerima wisatawan kembali pada 2-3 minggu ke depan. Namun hal ini tergantung dari seberapa baik penangan di negara kami," katanya.
India lockdown sejak 24 Maret dan akan berlangsung selama 21 hari. Sampai Sabtu (28/3/2020) sudah ada 887 kasus yang dikonfirmasi oleh India.
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol