Memiliki mayoritas umat muslim, Kota Sarajevo di Bosnia punya tradisi unik setiap bulan Ramadhan. Ditandai dengan bunyi letusan meriam.
Setiap bulan Ramadhan, negara-negara yang memiliki mayoritas umat muslim punya tradisi menarik yang berbeda satu sama lain. Salah satunya adalah di ibu kota Bosnia dan Herzegovina, Sarajevo.
Seperti yang sudah-sudah, tradisi mulainya awal Ramadhan di Sarajevo kerap ditandai dengan dilepaskannya tembakan meriam di kota tersebut. Dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber, Selasa (28/4/2020) tradisi itu pun kembali berkumandang pada hari Kamis malam pekan lalu (23/4) seperti diberitakan Sarajevo Times.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ramadan di Bosnia Herzegovina |
Di malam sebelum awal bulan Ramadhan, masyarakat muslim Bosnia rutin menembakkan meriam di Yellow Fotress di Kota Kuno Vratnik yang menandai iftar atau waktu berbuka puasa. Salah satu momen yang paling dinanti masyarakat muslim di Bosnia.
Hanya saja, tradisi unik itu sempat dilarang oleh diktator Josip Broz Tito saat namanya masih menjadi Yugoslavia. Hanya seiring dengan pecahnya Uni Soviet, tradisi itu mulai kembali diadakan pada tahun 1990.
Fakta menarik lainnya, bukan Bosnia saja yang memiliki tradisi unik itu. Negara Islam lain seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Bangladesh, Kuwait dan Arab Saudi juga melakukan tradisi menembak meriam setiap awal bulan Ramadhan.
![]() |
Di Makkah, tradisi itu juga masih dilakukan hingga saat ini. Tak sedikit anak-anak yang menanti suara letusan meriam itu jelang maghrib seperti dikatakan pihak kepolisian Makkah.
"Ketika kepolisian Makkah dibentuk 75 tahun silam, kami diberi tanggung jawab untuk merawat dan mengurus meriam ini. Setelah Idul Fitri, meriam ini kembali dipulangkan ke departemen spesial. Beberapa hari sebelum Ramadhan, meriam itu dikembalikan ke gunung," ujar juru bicara kepolisian Makkah, Maj Abdul Mohsin Al Maimani seperti diberitakan Arab News.
Sejarahnya, tradisi itu pertama kali dilakukan di Mesir pada abad ke-19. Ada juga yang mengatakan kalau telah dilakukan di era Mamluk pada abad ke-15. Fungsinya adalah untuk memberitahukan umat muslim untuk berbuka puasa.
Tak hanya dibunyikan saat maghrib, meriam itu juga kembali ditembakkan untuk yang kedua kalinya sebelum waktu shalat subuh. Sekaligus juga menandai awal waktu puasa di hari yang baru. Menarik ya.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan