Sementara Indonesia masih berjuang untuk menekan jumlah penyebaran COVID-19, dua negara tetangga berwacana untuk melonggarkan perbatasan. Ini kesiapannya.
Negara tetangga Australia dan Selandia Baru tengah mewacanakan rencana bersama terkait pembukaan batas lintas negara keduanya di tengah pandemi COVID-19. Dilansir detikcom dari CNN, Rabu (13/5/2020), hal itu dikemukakan oleh pemimpin kedua negara, PM Scott Morrison dan PM Jacinda Ardern.
"Jika ada negara di dunia yang bisa terhubung dengan kami pertama kali, sudah tentu jawabnya adalah Selandia Baru," ujar Scott bulan April lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Diketahui, keduanya tengah terlibat dalam obrolan bersama untuk menciptakan koridor khusus perjalanan atau mereka sebut dengan Travel Bubble lintas kedua negara. Wacana itu tengah dibicarakan keduanya, setelah melihat perkembangan positif corona di negaranya yang diklaim berhasil ditekan.
"Ini adalah situasi di mana kami semua ingin berada di dalamnya, tapi tentu saja fokus pertama kami saat ini adalah memastikan kalau kedua negara berada di posisi yang sama terkait COVID-19 sehingga kami bisa lebih percaya diri membuka perbatasan," ujar Jacinda pada 27 April lalu.
Hanya saja, masih belum ada kejelasan kapan kedua negara membuka perbatasannya secara internasional. Hingga saat ini, keduanya diketahui masih melarang penerbangan domestik dan wajib karantina 2 minggu untuk tamu penerbangan internasional.
![]() |
Adapun menurut para ahli, ada kemungkinan bahwa keduanya akan membuka perbatasan pada bulan Agustus mendatang. Seiring dengan musim salju di Selandia Baru dan momen liburan sekolah di bulan September.
"Pesan dari industri, rencana itu sudah disetujui," ujar Executive Director Australian Tourism Industry Council, Simon Westaway.
Sedangkan menurut kepala eksekutif industri pariwisata Aotearoa, Chris Roberts, wacana masuknya turis antar kedua negara tersebut baru mungkin dilakukan apabila aturan karantina minimal 14 hari bagi turis dihilangkan. Apabila mungkin, ada rencana penambahan negara lain seperti Taiwan dan Hong Kong dalam daftar kerjasama.
"Saya kira akan ada penambahan satu per satu negara secara bertahap. Permukaan perbatasan untuk semua bisa memakan waktu yang sangat lama," tutup Roberts.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol