Matahari Lockdown Disebut Bisa Mengubah Bumi dan Bencana Alam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Matahari Lockdown Disebut Bisa Mengubah Bumi dan Bencana Alam

CNNIndonesia - detikTravel
Kamis, 21 Mei 2020 16:42 WIB
Sejumlah warga menikmati sunset atau matahari terbenam akhir tahun 2019 di Pantai Ampenan, Mataram, NTB, Selasa (31/12/2019). Taman Pantai Ampenan menjadi salah satu lokasi alternatif warga Mataram untuk melewati malam pergantian tahun. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.
Ilustrasi matahari Foto: Antara Foto
Jakarta -

Matahari yang sedang dalam fase lockdown pada saat ini diprediksi bisa memicu fenomena alam di bumi. Ahli mengatakan penurunan aktivitas matahari berpotensi mengakibatkan kejadian bencana seperti periode Minimum Dalton pada abad 17.

Ahli menjelaskan fase lockdown menunjukkan aktivitas matahari berkurang drastis yang biasa disebut periode solar minimum. Hal itu ditandai menghilangnya bintik-bintik matahari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dilaporkan CNNIndonesia yang mengutip dari Nature World News, ahli astronomi Tony Philips menyampaikan, kondisi matahari lockdown bisa mengakibatkan pancaran sinar kosmik bertambah di tata surya, kemudian memicu fenomena alam. Hal itu disebut bakal lebih terasa di kutub utara. Sinar kosmik yang berlebihan disebut sanggup memicu petir yang jadi ancaman kesehatan.

Ilmuwan Jeff Knight juga menyampaikan aktivitas minimum matahari berkontribusi membuat musim dingin lebih menggigil seperti terjadi pada 2008 dan 2010 di Inggris.

ADVERTISEMENT

Bencana Besar

Pada periode Minimum Dalton (1790-1830) sempat terjadi beberapa fenomena alam karena aktivitas matahari rendah yang membuat suhu global turun. Pada periode itu cuaca sangat dingin, terjadi gagal panen, kelaparan, dan letusan gunung berapi signifikan.

Temperatur di bumi sempat turun hingga 2 derajat Celcius selama lebih dari 20 tahun, ini dikatakan sempat bikin Sungai Thames di Inggris membeku dan badai petir melanda Bumi pada abad ke-17 dan ke-18.

Dilansir dari Britannica, wilayah utara Bumi mengalami periode salju tebal sporadis yang mematikan selama Juni, Juli, dan Agustus 1816 akibat penurunan aktivitas matahari. Pada 1816 tercatat sebagai periode yang disebut 'tahun tanpa musim panas' .

Pada 1815 Gunung Tambora di Indonesia meletus hingga menyebabkan aktivitas matahari terhalang abu gunung berapi (matahari lockdown) pada satu tahun setelahnya. Letusan dijuluki sebagai letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2 ribu tahun yang menewaskan sedikitnya 71 ribu orang




(ddn/ddn)

Hide Ads