Pemerintah berencana membuka kembali destinasi wisata saat new normal. Namun, pelaku wisata di Sleman tak mau terburu-buru untuk membuka operasional.
Pengelola desa wisata memilih untuk menata kembali kawasannya sembari mematangkan standar operasional untuk pengelola dan wisatawan. Persiapan dilakukan pada bulan ini.
"Kami masih terus melakukan persiapan pada Juni ini," kata Ketua Forum Komunikasi (Forkom) Desa Wisata Sleman, Doto Yogantoro saat dihubungi detikcom, Kamis (11/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doto menerangkan sebelum benar-benar dibuka, pihaknya akan menggelar simulasi operasional destinasi wisata sesuai protokol kesehatan.
"Nanti rencananya ada simulasi (sebelum destinasi wisata dibuka) dan digelar dalam waktu dekat," terangnya.
Simulasi ini akan dilakukan selama dua bulan, yaitu Juni dan Juli. Hal itu guna membiasakan masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan.
"Kesepakatannya, dua bulan ini masih simulasi. Terutama untuk masyarakat. Karena tidak mudah orang diminta harus cuci tangan. Walaupun gampang, tapi di masyarakat itu susah. Kita membudayakan new normal kepada masyarakat baru mengundang wisatawan," tegasnya.
Selain itu, Doto menjelaskan, sejumlah fasilitas seperti wastafel bagi wisatawan, sarana dan prasarana di homestay, lokasi kuliner hingga atraksi yang disajikan akan disesuaikan dengan protokol COVID-19. Selain itu, penyesuaian terhadap masyarakat di desa wisata juga perlu dilakukan.
"Kami ikuti aturan pemerintah, terapkan protokol dan tidak terburu-buru," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Desa Wisata Pulesari Didik Irwanto mengatakan, desa wisata Pulesari masih menata SOP. Mulai SOP bagi wisatawan maupun SOP bagi petugas dan kesiapan lainnya sebelum beroperasi.
"Termasuk protokol sarana prasarana kesehatan. Jika seluruhnya sudah siap kami akan menggelar simulasi. Mungkin simulasinya Juli atau setelah masa tanggap darurat di DIY selesai. Tapi untuk saat ini semua masih kami siapkan," ungkap Didik.
Didik mengaku tak ingin buru-buru membuka desa wisata. Sebab destinasi wisata seperti desa wisata merupakan wisata berbasis masyarakat. Sehingga jika ingin membuka kegiatan pariwisata di masa pandemi COVID-19, maka desa wisata harus siap dengan protokol kesehatan pariwisata dan juga kondisi masyarakat.
"Kami tidak mau buru-buru. Kalau persiapan belum sesuai dengan regulasi tentu kami belum beroperasi," tegasnya.
"Membuka operasional desa wisata bisa jadi harapan bagi warga tapi di satu sisi juga bisa menjadi malapetaka kalau persiapan yang dilakukan tidak matang. Kuncinya terletak pada rembug warga dalam menyikapi kondisi saat ini," tutupnya.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!