Di Eropa, ribuan wisatawan datang ke Harrods di London atau Galeries Lafayetter di Paris, hanya untuk berbelanja. Di Singapura, ribuan wisatawan memenuhi setiap mal di Orchard Road. Mal tidak hanya menjadi kebutuhan orang-orang di kota tempat mal itu berada, tapi juga menjadi objek wisata belanja.
"Mal sekarang bagian dari gaya hidup, bukan cuma belanja tapi juga melakukan hal lain. Sudah benar-benar menjadi kebutuhan termasuk untuk turis asing dan domestik," kata Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa kepada detikTravel, Kamis (22/8/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu mal akan berhasil kalau punya lokasi yang bagus dan konsep yang punya prinsip. Orang pergi ke Central Park untuk menikmati taman, pergi ke Pacific Place untuk barang-barang high end, Plaza Indonesia punya resto di tengah-tengah. Semua atraksi itu dibutuhkan," kata Handaka.
Mal menurut Handaka punya potensi wisata belanja karena tingkat pendapatan orang terus bertambah baik itu wisatawan domestik atau luar negeri. Mal akan membuat wisatawan betah ketika bisa membuat mereka nyaman belanja.
"Senayan City itu sudah terkenal sampai ke luar negeri lho. Kita juga berharap pemerintah memfasilitasi mal itu sebagai sumber kegiatan perekonomian. Mal itu sekarang penuh, Mas," imbuhnya.
Handaka menjelaskan, untuk memantapkan diri sebagai objek wisata belanja, banyak mal yang bekerja sama dengan badan pariwisata dalam dan luar negeri. Acara seperti Jakarta Great Sale menjadi ajang mal-mal di Jakarta unjuk gigi sebagai destinasi wisata belanja.
"Mal itu bisa populer kalau membangun network yang bagus dengan badan pariwisata. Kami berkomunikasi dengan Disbudpar DKI dan Kemenparekraf juga," tutup Handaka.
(fay/ptr)
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya