Berdasarkan hasil survei dari Skyscanner yang ditengok dari News.com, Rabu (2/10/2013), terungkap bahwa kursi yang bisa direbahkan menjadi masalah banyak penumpang. Menghindari kesal atau ketidaknyamanan, 9 dari 10 responden memilih meniadakan kursi yang bisa direbahkan.
Dari survei ini juga terbukti, banyak dari awak kabin yang melihat atau terlibat dalam pertengkaran antar penumpang mengenai kursi ini. Menurut Psikolog dari Private Theraphy Clinic London, Dr Becky Spelman, ada dua jenis sifat yang tergambar jelas saat traveling.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan, penumpang wanita berumur 18-24 tahun memiliki 'altruistic soul' yang memperhatikan sekitar. Sehingga mereka memilih tidak merebahkan kursi karena takut mengganggu yang di belakangnya.
Sedangkan pria berumur di atas 35 tahunlah yang tergolong 'selfish ego'. Mereka tidak peduli dengan orang di belakang mereka. 70 Persen responden mengaku akan tetap merebahkan kursi meski di belakangnya adalah wanita yang sedang hamil. 80 Persen responden juga tak peduli jika di belakang mereka adalah orang tua atau wanita.
Hampir 30 persen responden mengaku mereka sangat tidak nyaman saat orang di depannya merebahkan kursi. Malah, 3 persen responden mengaku terluka saat orang di depan mereka merebahkan kursi. Mengagetkannya, ada 64 responden yang mengaku tidak pernah merebahkan kursi karena terlalu takut menganggu atau dianggap mengesalkan oleh orang lain.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan