Fuji adalah nama gunung tertinggi di Jepang, terletak dekat Tokyo dengan ketinggian 3.776 mdpl. Namun selain itu, Fuji juga merupakan gunung yang paling dikeramatkan umat agama Shinto di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Pendakian Gunung Fuji bukanlah hal baru. Traveler boleh mendaki gunung ini terutama mulai awal Juli-September, sementara jalurnya ditutup pada tengah September sampai awal Juli karena tertutup salju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip situs resmi pendakian Gunung Fuji, Jumat (8/8/2014), ada beberapa larangan saat turis naik ke gunung tersebut. Pertama adalah mengganggu hewan dan tumbuhan, kedua adalah menyingkirkan lahar beku dari area tersebut.
Peraturan ketiga adalah membuat tenda atau api unggun. Keempat, Anda tidak boleh melepaskan hewan peliharaan termasuk anjing. Peraturan kelima adalah menanam pohon.
Beberapa aturan lain yang disebutkan situs tersebut adalah: tidak boleh membuang sampah sembarangan, tidak boleh menulis grafiti atau melakukan tindak vandalisme, tidak boleh menggunakan kendaraan kecuali di jalur yang sudah tersedia, tidak boleh membawa hewan atau tumbuhan dari Gunung Fuji, juga imbauan agar menjaga kebersihan toilet dan area publik.
Sebelum mendaki gunung keramat tersebut, traveler juga diimbau membawa perlengkapan yakni jas hujan, jaket/sweater, dan headlamp terutama kalau ingin mengejar sunrise. Namun Anda harus waspada, karena bagian puncaknya bersalju meski Jepang sedang musim panas.
Ada 4 jalur yang bisa dilewati, semuanya buka mulai awal Juli sampai awal September. Keempat jalur tersebut yakni Yoshida Trail, Subashiri Trail, Gotemba Trail, dan Fujinomiya Trail.
Layaknya mendaki gunung di Indonesia, Anda yang mendaki Gunung Fuji sebaiknya menjaga omongan dan perilaku. Terlepas dari peraturan lisan tersebut, traveler sebaiknya menghargai apapun yang dikeramatkan umat agama lain bukan?
(sst/sst)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!