Mari kita berkenalan lebih dulu dengan Alison Teal. Seperti detiktravel rangkum dari situs pribadinya, Alison Adventures, Jumat (17/4/2015) Alison bisa dibilang sebagai traveler sejati. Bayangkan, sejak berumur dua bulan, dia sudah diajak menjelajahi kawasan Amerika Selatan oleh kedua orang tuanya. Dari Machu Picchu di Peru sampai menjelajahi hutan Amazon.
Bahkan, dia sempat menghabiskan masa kecilnya di Bali dan sempat menjadi murid Ketut Liyer. Seorang guru spiritual di Ubud yang namanya mendunia melalui film 'Eat Pray Love' yang dibintangi artis Hollywood, Julia Roberts.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun yang patut diacungi jempol, Alison tidak melakukan traveling hanya untuk bersenang-senang. Ada suatu pesan dan nilai moral yang didapatnya dari suatu tempat, serta bisa menjadi pelajaran hidup. Seperti yang belum lama dilakukan Alison, mengungkap sisi kelam Maladewa yang penuh sampah!
'One Person's Trash Is Another Woman's Bikini', begitu tulis Alison menyindir orang-orang yang suka membuang sampah ke laut. Dia begitu terkejut, kala mendapati ternyata ada pulau cantik yang berubah menjadi pulau sampah.
Namanya adalah Thilafushi, pulau dengan laguna yang punya panjang 7 km dan lebar 200 meter itu dipenuhi oleh sampah yang menggunung. Sampahnya beragam, dari botol plastik, bangku, hingga ban. Sampai-sampai, perairan jernih di sekitarnya jadi tak sedap dipandang. Bebatuan karang saja tidak kelihatan lagi.
Usut punya usut, sejak tahun 1992, pulau ini memang diresmikan sebagai tempat pembuangan sampah oleh pemerintah Maladewa. Di sinilah, sampah dari berbagai resor di Maladewa dikumpulkan. Tapi sayang, kini pulau yang berjarak 6 km dari pusat kota Male itu sudah overload. Pulaunya sudah tak cukup menampung sampah.
Bayangkan, Thilafushi dipenuhi 330 ton sampah setiap hari dan lagunanya bertambah 1 meter persegi tiap 24 jam karena sampah. Karena itulah, banyak sampah yang kebanyakan botol plastik hanyut ke laut dan 'singgah' ke pulau-pulau lain di Maladewa.
Alison pun langsung menjelajahi Pulau Thilafushi untuk melihatnya. Dia berjalan di antara pegunungan sampah, dengan raut muka yang murung. Seolah tidak percaya, bagaimana bisa banyak sampah menumpuk di sana dan membuat lautan di Maladewa terlihat kotor.
"Holy Plastic," kata yang keluar pertama kali dari Alison ketika tiba di sana.
Alison tak patah arang. Dia mengajak beberapa masyarakat setempat untuk memungut sampah-sampah yang tercecer di pulau-pulau di Maladewa. Belum puas, Alison coba cara yang tidak biasa. Dia menanggalkan pakaiannya dan membuat bikini dari botol-botol plastik. Walah!
"Sampah di sini ditumpuk begitu saja dan tidak didaur ulang. Believe it or not, botol plastik bisa menjadi bahan bikini," tutur Alison sambil berpose dengan botol plastik yang menutupi dadanya.
Wanita berambut pirang ini juga menuturkan fakta yang mencengangkan. Sampah-sampah di Maladewa ternyata bukan hanya dari turis-turis yang datang ke sana. Sampah di Maladewa berasal dari lautan dunia, seperti dari Samudera Pasifik, Samudera Hindia, bahkan dari Samudera Atlantik di bagian utara Bumi.
Selain menyadarkan traveler tentang sampah di lautan, Alison juga menekankan soal daur ulang sampah seperti apa yang tadi dia utarakan. Sampah-sampah dari plastik setidaknya bisa didaur ulang untuk digunakan kembali, yang mana lebih bermanfaat dibanding menumpuk begitu saja.
Apa yang dilakukan Alison, semoga bisa membuka pikiran kita tentang pentingnya menjaga lingkungan khususnya lautan. Lautan memang sangat luas, tapi bukan berarti itu menjadi tempat sampah bukan?
Berikut, cuplikan video Alison yang membahas sampah di Maladewa:
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol