Traveling adalah momen emas untuk melakukan kontak budaya dengan bangsa lain. Kita datang ke tempat baru, negeri yang asing dengan orang-orang yang punya kebiasaan jauh berbeda dengan di kota asal. Travel Highlight Culture Shock ingin mengupas aneka pengalaman kejutan budaya dan apa yang bisa kita ambil pelajarannya.
Tak usah keluar negeri, di Indonesia saja kita bisa mengalami shock culture ketika traveling ke penghujung negeri, lintas pulau. Di Sabang, jangan kaget kalau kota itu 'tidur siang', sengaja sepi dan lengang. Di Wae Rebo, Flores, kita diajak tidur campur pria dan wanita, sementara di Papua mungkin Anda diajak makan cacing tambelo dan ulat sagu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makin jauh perginya, mungkin kita semakin mengalami kejutan budaya. Di Makkah, umat Muslim salat tepat waktu dan tak segan langsung menutup toko walau Anda sedang membeli sesuatu. Di Chennai, India, jangan kaget melihat orang mandi di pinggir jalan karena masalah kemiskinan.
Di Eropa, beda lagi urusannya. Anda mungkin risih melihat pasangan berciuman tanpa malu-malu. Atau bahkan kalau musim panas, Anda mungkin memergoki orang telanjang di taman kota, tepi danau atau pantai.
Kalau sudah begini harus bagaimana? Tentu kita harus melihat dengan bijak dan tidak buru-buru menghakimi betul salah, kuno atau modern. Ingat pepatah, lain padang lain belalang. Hal yang wajar bagi mereka, bisa jadi sangat asing di mata kita.
Nah di sinilah terjadi pembelajaran dan proses saling mengenal. Akhirnya, traveler sendiri yang memutuskan apakah budaya yang asing itu bisa diterima atau dihindari saja dan cukup sebatas tahu. Toh, saat itu kita sedang menjadi tamu di negeri mereka.
Tapi yang pasti, semua kejutan budaya ini tentu menjadi cerita menarik untuk dibawa pulang. Pengalaman kita bertambah sehingga di kali berikutnya kita traveling tidak terlalu kaget lagi.
Namun pelajaran paling indah mengenai shock culture ini adalah betapa Tuhan menciptakan manusia itu berbeda-beda agar kita saling mengenal. Anda pergi liburan untuk mencari suasana yang berbeda bukan? Traveling adalah cara yang sempurna untuk menikmati indahnya perbedaan itu.
(rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!