Mengenal Trashbag Community, Komunitas Bersih-bersih Gunung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Traveler Peduli Sampah

Mengenal Trashbag Community, Komunitas Bersih-bersih Gunung

Johanes Randy - detikTravel
Senin, 06 Jul 2015 08:20 WIB
Trashbag Community di markas Kalibata (Randy/detikTravel)
Jakarta - Banyaknya sampah yang dibuang para traveler di sejumlah gunung di Indonesia, menimbulkan keprihatinan. Lahirlah komunitas anak muda peduli sampah yang bernama Trashbag Community. Yuk, berkenalan dengan mereka!

Terbentuk pada 11 November 2011 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, komunitas dengan slogan 'Gunung Bukan Tempat Sampah' tersebut saling bahu membahu untuk membersihkan gunung di Indonesia dari sampah. Mereka lahir sebagai jawaban atas kegiatan traveling naik gunung yang makin marak, namun tidak diimbangi dengan kesadaran membuang sampah yang benar.

Melihat passion dan kecintaan Trashbag Community akan gunung di Indonesia, detikTravel pun datang langsung untuk wawancara ke markas mereka di Jalan Kalibata Timur 4F No 20, Jakarta Selatan beberapa pekan lalu. Salah satu founder Trashbag Community yang bernama Ragil Budi Wibowo pun berbagi cerita soal komunitas yang dibentuknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berawal dari keprihatinan, kalau dulu saya kan masih melanglang buana ke gunung mana saja. Terus saya sadar, beberapa gunung, nggak cuma satu, tapi hampir semua gunung yang saya datangi itu sudah kategori kritis dan pendaki pengunjung lain seperti acuh tak acuh," kenang Ragil Budi Wibowo.

Ragil yang pertama kali mendapati fakta tersebut pada awal tahun 2000-an pun makin tersentil, tatkala melihat orang asing bernama Annette Horschmann yang bergerak seoarang diri untuk membersihkan sampah di Danau Toba. Diakuinya, sosok Annete yang ditontonnya di salah satu televisi membuatnya kian terinspirasi.

Dari hal tersebut, Ragil bersama temannya yang bernama Irfan Nugraha melakukan tukar pikiran dan membentuk Trashbag Community. Adapun komunitas itu dibentuk untuk mengajak pemuda-pemudi Indonesia agar peduli sampah di gunung dan tidak mengotorinya.

"Akhirnya sepakat kita mulai kampanye di sosmed, alhamdulilah dapat beberapa orang yang katakanlah saya sebut perintis awal komunitas," cerita Ragil.

Dimulai dari dua orang, menjadi 12 dan berkembang jadi 2.600 anggota di Facebook, Trashbag Community pun memulai aksinya pedulinya dengan mendaki dan membawa turun sampah di gunung mana pun yang ditemui. Melalui jejaring media sosial Facebook, Trashbag Community memposting segala kegiatan hingga mengajak semua orang untuk turut serta.

Menggunakan Facebook serta media sosial lainnya disamping aksi, sebaran anggota Trashbag Community pun kian luas. Didominasi oleh anak muda, anggotanya terbagi di daerah-daerah Indonesia dan berpusat di Jakarta.

"Regional yang sudah terbentuk, di Sumatera itu Medan, Padang, kalau Kalimantan Barat dan Selatan Pontianak Banjarmasin, Sulawesi dua, Sulut Manado, Sulteng Palu, di Jawa itu kurang lebih 16," papar Ragil.

Dalam menjalankan aksinya, Trashbag Community membagi tugasnya ke Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Pengurus Pusat (DPP). Tidak jarang setiap DPD atau DPP melakukan aksinya, walau bisa berbarengan atau terpisah, namun tetap bersinergi.

"Kita bentuk namanya DPD kalau untuk daerah, di pusat itu kita sebut DPP dan pengurus pusat, istilahnya kiblatnya sesuai daerah masing-masing, jadi segala macam anggota baru, kita malah arahin ke DPD, jadi sesuai domisilinya,"

Selain naik gunung dan membawa turun sampah pendaki, Trashbag Community juga melakukan edukasi ke pendaki lain serta mahasiswa pecinta alam (Sispala) soal pentingnya menjaga kebersihan di gunung. Mereka pun juga memotret dan memposting kondisi sampah di gunung sebagai bentuk pengawasan.

Dalam perjalanannya, Trashbag Community juga pernah dinominasikan dalam dua penghargaan, yakni 'Satu Indonesia Award' dan 'Kehati Award' untuk kategori lingkungan. Walau tidak sampai mendapt jawara pertama, namun itu sudah menjadi pengakuan bagi Trashbag Community atas aksi nyata mereka.

Bagi siapa pun yang ingin bergabung, Trashbag Community pun siap menerima dengan tangan terbuka. Caranya pun cukup mudah, traveler bisa mampir ke laman Facebook mereka dan mengisi formulir data diri. Biayanya hanya rasa peduli dan kecintaan akan gunung saja, tidak ada biaya komersil yang dipungut.

Tentunya Indonesia butuh lebih banyak komunitas muda peduli seperti Trashbag Community. Namun aksi peduli mereka pun perlu dibarengi dengan kesadaran setiap orang untuk terus menjaga kebersihan di gunung. Apa Anda tertarik untuk menjadi bagian dari komunitas ini?

(rdy/fay)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads