Lari dan traveling adalah dua gaya hidup yang sedang digandrungi saat ini. Menggabungkan dua hal itu adalah salah satu cara brilian mendatangkan wisatawan baik di dalam maupun luar negeri.
Memang begitu banyak event lari di kota-kota besar. Namun yang tak kalah indah juga banyak dilakukan di destinasi alam yang terkenal. Sebut saja Rinjani, Gede Pangrango dan Bromo. Ketiga tempat itu telah menjadi tuan rumah untuk event wisata olahraga ekstrem yaitu lari ultra selama beberapa tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Turis asing peserta MesaStila Challeng di Stasiun Bedono Semarang
Pria kelahiran Lampung ini adalah salah satu pendiri event ultra yaitu Gede Pangrango Ultra Marathon, The Mount Rinjani Ultra, dan Bromo Tengger Semeru 100 Ultra. Awalnya, memang masih sedikit peminat karena tidak semua orang bisa menjadi pelari ultra. Namun beberapa tahun belakangan, pesertanya makin banyak.
"Tahun kemarin saja, ada 535 peserta yang ikut Bromo Tengger Semeru 100 Ultra. Itupun harus membatalkan ratusan peserta lain karena sudah masuk limit orang yang boleh naik ke Bromo," lanjut Hendra.
Jika di event olahraga lain kedatangan belasan peserta negara luar, event lari ultra ini bisa kedatangan puluhan atau ratusan peserta negara lain. Sebut saja The Mount Rinjani Ultra yang baru berlangsung Agustus 2015 kemarin berhasil mendatangkan 36 negara. Sedangkan Bromo Tengger Semeru 100 Ultra tahun 2014 kemarin berhasil mendatangkan 23 negara.
"Rasanya belum ada event wisata olahraga yang bisa mendatangkan negara sebanyak ini. Tapi entah kenapa, sulit sekali mendapat dukungan dari pemerintah," lanjut pria yang jadi orang Indonesia pertama yang berhasil lari 566 km di Kutub Utara.
Peserta lari MesaStila Challenge Ultra di Magelang
Hendra mengakui, dirinya sudah memberikan proposal agar pemerintah turut andil untuk acara ini. Karena, bukan untuk mencari keuntungan semata, melainkan untuk mempromosikan Indonesia melalui olahraga.
"Padahal, wisata setempat bisa begitu berkembangnya dengan event tahunan ini. Bayangkan saja, penginapan penuh, objek wisata terekspos dengan baik," kata Hendra.
Entah kenapa pemerintah seperti tidak bersemangat memberi bantuan untuk event seperti ini. Padahal, belum tentu di negara lain ada event sebesar ini dengan jumlah yang sedemikian banyak.
"Bisa dibilang indonesia satu-satunya negara dengan event ultra terbanyak di Asia yang diakui Asia Trail Master. Mengapa tidak bisa dimaksimalkan?" tutup Hendra.
(shf/shf)
Komentar Terbanyak
Banjir Bali, 1.000 Hektar Lahan Pertanian per Tahun Hilang Jadi Vila
Warga Harap Wapres Gibran Beri Solusi Atasi Banjir Bali
Belum Dibayar, Warga Sekitar Sirkuit Mandalika Demo-Tagih ke ITDC