Senin, 13 Jun 2016 08:55 WIB
TRAVEL NEWS
Suka Duka Pekerja Indonesia yang Bekerja di Kapal Cruise
Johanes Randy Prakoso
detikTravel
Port Klang - Ketika liburan di kapal cruise, tak jarang traveler menemui kru kapal dari Indonesia. Inilah sebagian dari kisah mereka di atas kapal pesiar.
Di balik segala fasilitas lengkap dan servis memuaskan di atas kapal cruise, ada para staf yang bekerja keras untuk melayani para traveler. Para stafnya pun dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.
Sebenarnya tidak sulit untuk mengenali mereka. Setiap staf memiliki pin pengenal yang terpasang di dadanya. Pin tersebut berisi nama, posisi pekerjaan, serta asal negara. Bahasa wajib pun adalah Inggris. Tapi mereka juga diperbolehkan bicara bahasa ibu ketika bertemu teman atau tamu yang berbahasa sama.
Saat berlayar selama tiga malam di kapal cruise Ovation of The Seas dari Singapura ke Port Klang, Malaysia, detikTravel pun menjumpai beberapa kru kapal yang ternyata adalah orang Indonesia. Di balik tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka berlayar lintas negara untuk waktu lama, terdapat kisah suka dan duka yang menarik untuk diketahui.
Staf pertama yang saya jumpai bernama I Ketut Adi, pria kelahiran Bali yang bekerja di bagian kebersihan. Sehari-harinya, Adi bekerja untuk membersihkan segala sudut kapal. Ia mengaku telah tiga tahun di bekerja di Royal Caribbean International selaku perusahaan induk dari kapal Ovation of The Seas.
"Kalau di kapal itu sukanya bisa berlayar keliling negara sama ketemu orang baru. Dukanya jauh dari keluarga," ujar Adi saat diwawancarai pada hari Minggu kemarin (12/6/2016)
Adi pun menuturkan, ia baru tahun lalu menikah. Kerinduan akan sanak keluarga pun muncul tatkala ia berlayar untuk waktu yang lama. Posisi sebagai staf kapal membuatnya harus menjalani kontrak kerja selama delapan bulan.
"Kalau kerja di kapal sistemnya kontrak delapan bulan, dua bulan cuti. Itu kita yang atur mau kapan libur. Untuk gaji sebulan bisa dua kali," jelas Adi.
Selain Adi, ada juga Sulaiman yang berasal dari Madura. Pria ini saya temui bekerja sebagai penjaga stand makanan di beberapa tempat berbeda. Seperti Adi, Sulaiman sudah tiga tahun bekerja di kapal. Sulaiman yang mengaku masih lajang ini pun bercerita kisahnya di sela pekerjaannya.
"Di kapal sudah tiga tahun, sebelumnya kerja di hotel. Dukanya itu bosan sih. Sukanya gaji lumayan, minimal bisa 1.000 USD (Rp 13 juta)," ujar Sulaiman.
Di sisi lain, para staf juga dibayari oleh pihak perusahaan untuk tiket pulang pergi ke negara asal. Tapi berhubung kapal singgah di negara-negara yang jauh dari Indonesia, waktu perjalanan pun cukup lama walau terbang dengan pesawat.
"Kalau pulang untungnya tiket dibayarin walau lama. Kalau dari AS misalnya ke Indonesia, bisa dua hari itu di jalan," ujar Sulaiman.
Sulaiman pun mengatakan, setidaknya ada lebih dari 200 staf berkewarganegaraan Indonesia di kapal Ovation of The Seas. Satu sama lain pun saling mengenal dan menjadi keluarga di atas kapal.
"Kalau orang Indonesia 200 lebih lah. Kebanyakan dari Bali. Itu yang kerja di kolam orang Indonesia juga," ujar Sulaiman sambil menunjuk rekannya.
Terakhir adalah Bambang Yuliyanto asal Temanggung yang juga bekerja sebagai petugas kebersihan. Pria yang telah lima tahun bekerja ini mengaku senang bekerja di kapal karena bisa sekalian traveling. Tapi untuk soal jenjang karir, Bambang mengaku sulit untuk mendapat kenaikan.
"Sukanya bisa traveling. Saya sudah ikut dari awal kapal ini, dari Jerman, Inggris sampai sini. Yang kurang itu kalau mau naik posisi, ada waiting list. Mau kerja di bagian stateroom saja sulit (divisi petugas kamar), itu gajinya lumayan," ujar Bambang.
Bekerja sebagai staf kapal memang banyak suka duka, jauh dari keluarga dan tanah kelahiran. Semua dilakukan untuk mencari penghasilan hidup yang lebih layak serta kesempatan untuk melihat luasnya dunia. Pokoknya harus terus semangat!
(rdy/fay)
Di balik segala fasilitas lengkap dan servis memuaskan di atas kapal cruise, ada para staf yang bekerja keras untuk melayani para traveler. Para stafnya pun dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.
Sebenarnya tidak sulit untuk mengenali mereka. Setiap staf memiliki pin pengenal yang terpasang di dadanya. Pin tersebut berisi nama, posisi pekerjaan, serta asal negara. Bahasa wajib pun adalah Inggris. Tapi mereka juga diperbolehkan bicara bahasa ibu ketika bertemu teman atau tamu yang berbahasa sama.
Saat berlayar selama tiga malam di kapal cruise Ovation of The Seas dari Singapura ke Port Klang, Malaysia, detikTravel pun menjumpai beberapa kru kapal yang ternyata adalah orang Indonesia. Di balik tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka berlayar lintas negara untuk waktu lama, terdapat kisah suka dan duka yang menarik untuk diketahui.
Staf pertama yang saya jumpai bernama I Ketut Adi, pria kelahiran Bali yang bekerja di bagian kebersihan. Sehari-harinya, Adi bekerja untuk membersihkan segala sudut kapal. Ia mengaku telah tiga tahun di bekerja di Royal Caribbean International selaku perusahaan induk dari kapal Ovation of The Seas.
"Kalau di kapal itu sukanya bisa berlayar keliling negara sama ketemu orang baru. Dukanya jauh dari keluarga," ujar Adi saat diwawancarai pada hari Minggu kemarin (12/6/2016)
Adi pun menuturkan, ia baru tahun lalu menikah. Kerinduan akan sanak keluarga pun muncul tatkala ia berlayar untuk waktu yang lama. Posisi sebagai staf kapal membuatnya harus menjalani kontrak kerja selama delapan bulan.
"Kalau kerja di kapal sistemnya kontrak delapan bulan, dua bulan cuti. Itu kita yang atur mau kapan libur. Untuk gaji sebulan bisa dua kali," jelas Adi.
Selain Adi, ada juga Sulaiman yang berasal dari Madura. Pria ini saya temui bekerja sebagai penjaga stand makanan di beberapa tempat berbeda. Seperti Adi, Sulaiman sudah tiga tahun bekerja di kapal. Sulaiman yang mengaku masih lajang ini pun bercerita kisahnya di sela pekerjaannya.
"Di kapal sudah tiga tahun, sebelumnya kerja di hotel. Dukanya itu bosan sih. Sukanya gaji lumayan, minimal bisa 1.000 USD (Rp 13 juta)," ujar Sulaiman.
Di sisi lain, para staf juga dibayari oleh pihak perusahaan untuk tiket pulang pergi ke negara asal. Tapi berhubung kapal singgah di negara-negara yang jauh dari Indonesia, waktu perjalanan pun cukup lama walau terbang dengan pesawat.
"Kalau pulang untungnya tiket dibayarin walau lama. Kalau dari AS misalnya ke Indonesia, bisa dua hari itu di jalan," ujar Sulaiman.
Sulaiman pun mengatakan, setidaknya ada lebih dari 200 staf berkewarganegaraan Indonesia di kapal Ovation of The Seas. Satu sama lain pun saling mengenal dan menjadi keluarga di atas kapal.
"Kalau orang Indonesia 200 lebih lah. Kebanyakan dari Bali. Itu yang kerja di kolam orang Indonesia juga," ujar Sulaiman sambil menunjuk rekannya.
Terakhir adalah Bambang Yuliyanto asal Temanggung yang juga bekerja sebagai petugas kebersihan. Pria yang telah lima tahun bekerja ini mengaku senang bekerja di kapal karena bisa sekalian traveling. Tapi untuk soal jenjang karir, Bambang mengaku sulit untuk mendapat kenaikan.
"Sukanya bisa traveling. Saya sudah ikut dari awal kapal ini, dari Jerman, Inggris sampai sini. Yang kurang itu kalau mau naik posisi, ada waiting list. Mau kerja di bagian stateroom saja sulit (divisi petugas kamar), itu gajinya lumayan," ujar Bambang.
Bekerja sebagai staf kapal memang banyak suka duka, jauh dari keluarga dan tanah kelahiran. Semua dilakukan untuk mencari penghasilan hidup yang lebih layak serta kesempatan untuk melihat luasnya dunia. Pokoknya harus terus semangat!
(rdy/fay)
