Curhatan Warga Citarum Kepada Komunitas detikTravel

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Piknik detikTravel Goes to Citarum

Curhatan Warga Citarum Kepada Komunitas detikTravel

Melissa Bonauli - detikTravel
Minggu, 18 Sep 2016 15:30 WIB
Foto: Diskusi lingkungan bersama warga Citarum (Bona/detikTravel)
Bandung - Kemping komunitas detikTravel di Situ Cisanti, hulu Sungai Citarum tak hanya seru-seruan. Ada juga sesi curhat warga Citarum soal ancaman kerusakan lingkungan.

Siapa sih yang tidak kenal dengan Sungai Citarum? Sungai ini terkenal akan polusinya dan saat ini kondisi Sungai Citarum terancam.

Menduduki peringkat 4 di dunia sebagai sungai paling kotor, membuat Sungai Citarum terlihat tak berdaya. Semakin banyak orang yang acuh tak acuh pada lingkungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Sabtu (17/9/2019) malam kemarin, detikTravel dan komunitas d'Traveler berdiskusi soal Sungai Citarum. Diskusi ini masih termasuk ke dalam rangkaian acara Piknik detikTravel Goes to Citarum di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Diskusi bersama Masyarakat Cinta Citarum, dibuka dengan pengenalan lingkungan Hulu Citarum. Di Hulu Sungai Citarum, bukan hanya terdapat Situ Cisanti saja. Hulu sungai ini berlatar belakang Gunung wayang, dikelilingi oleh hutan. Sungguh pemandangan sejuk di mata.

Saat rombongan datang, angin sejuk menyambut peserta. Tak pernah terbayang Hulu Sungai Citarum yang mempunyai reputasi buruk mempunyai udara yang begitu sejuk.

Di balik kesejukannya ternyata Hulu Sungai Citarum sedang terancam. Jika diibaratkan sebagai manusia, Citarum sedang dalam keadaan kritis. Padahal 20 juta orang menggantungkan hidup di Sungai Citarum.

Saat peserta diajak treking mengelilingi hulu, ada penampakan yang begitu tragis. Gunung wayang mengalami kebotakan pada hutannya.

Dulu warga sekitar hulu sungai bertani di daerah gunung. Saat masa tani selesai, hutan dibiarkan botak begitu saja.

"Pepohonan yang ada di hulu ini hanya tinggal 20 persen dari jumlah yang seharusnya tumbuh," curhat Agus, penggiat lingkungan Masyarakat Cinta Citarum.

Saat ini masyarakat sekitar hulu sedang melakukan penanaman kopi, untuk mengurangi menanam sayur mayur yang kurang ramah lingkungan. Mereka mendandani hutan yang gundul dengan harapan tetap bisa menghidupi masyarakat.

Tapi ini bukan perkara gampang, banyak janji pemerintah dan swasta namun tanpa realisasi. Ada juga program yang tidak tepat sasaran, tidak menjawab kebutuhan warga, hanya sekadar menghabiskan anggaran.

"Kopi itu mahal. Tidak sekali tanam langsung jadi. Sama seperti legalitasnya (hak merk-red) mahal," kata Yadi, penggiat lingkungan Masyarakat Cinta Citarum.

Hasil kopi Citarum dijual dengan harga yang rendah. Hal ini dikarenakan legalitas yang belum ada.

Padahal kopi asal hulu Citarum tidak kalah rasanya dengan kopi daerah lain. Kopi dari hulu Citarum sampai diekspor ke luar negeri.

Suasana saat diskusi bersama (Bona/detikTravel)Suasana saat diskusi bersama (Bona/detikTravel)


Bukan hanya itu, perwakilan warga Citarum juga bercerita tentang biogas kepada detikTravel. Warga hulu Citarum merupakan kecamatan yang beternak sapi. Limbah kotoran sapi langsung dibuang ke Sungai Citarum. Itu kenapa Sungai Citarum mengalami krisis dari hulunya.

Untuk menanggulangi hal tersebut ada beberapa kelompok yang memberikan program biogas kepada warga. Tapi warga tidak diberi penyuluhan tentang pembuatan biogas.

"Sampai sekarang pun ada warga yang biogasnya hanya didiamkan saja dirumah. Tidak tahu cara pakainya," ungkap Iyan, rekan Yadi dan Agus.

Tapi sekarang para warga sudah bisa membuat biogas sendiri, berkat kemauan mereka untuk belajar sendiri. Biogas ini dipakai untuk masak dan penerangan lampu.

Limbah kotoran sapi sekarang tinggal 15 persen saja dari total pembuangan limbah Citarum. Nantinya diharapkan peningkatan kesadaran warga, sehingga tidak ada lagi yang membuang limbah kotoran sapi ke Citarum.

"Perubahan itu menurut kami dimulai dari diri sendiri, nanti orang lain mengikuti. Percuma berharap orang lain berubah duluan," kata Yadi.

Yuk kita jaga kelestarian Sungai Citarum dengan tidak buang sampah atau limbah sembarangan. (aff/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads