Yesaya Mayor, atau akrab disapa dengan Yesaya, adalah sosok inspiratif dari Raja Ampat yang traveler mesti dengar kisahnya. Yesaya sudah lama membaktikan hidupnya untuk melestarikan seni dan budaya asli Raja Ampat.
"Saya harus pertahankan itu (seni dan budaya-red), karena itu harkat dan martabat Raja Ampat. Kesenian asli kami sudah semakin punah. Saya harus mengangkat kebudayaan ini lagi," ujar Yesaya membuka obrolan kepada detikTravel di Desa Sawinggrai, kampung halamannya, beberapa pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Merintis Mambefor Homestay
Pintu gerbang Homestay Mambefor (Wahyu/detikTravel)
|
Bisa dibilang, Yesaya adalah orang pertama yang membangun homestay di Sawinggrai. Perlahan-lahan, banyak turis yang datang ke Sawinggrai. Pariwisata pun mulai berkembang di kampung halamannya. Lewat homestay bertarif Rp 400 ribuan semalam inilah, Yesaya membiayai kegiatan keseniannya.
"Semua dana pribadi. Saya sudah tidak tahu lagi hitungnya. Uang itu saya pakai untuk generasi seterusnya lagi," kata Yesaya.
2. Membangun Sanggar Seni Koranuf Yakoewri
Sanggar seni milik Yesaya di Desa Sawinggrai (Wahyu/detikTravel)
|
"Ada 37 orang lagi yang masih ada. 45 orang lagi sudah keluar, sudah lulus. Yang masih di Sawinggrai tinggal yang kecil-kecil. Yang besar-besar sebagian ikut saya di Waisai," terang Yesaya soal anak didiknya.
3. Menciptakan Tari Pintake
Anak-anak belajar menari (Wahyu/detikTravel)
|
"Orang sini itu wataknya keras. Sangat susah mengenalkan hal-hal baru. Hari ini bisa bilang iya, besok sudah berubah lagi. Kita harus tegas ke mereka, jangan terlalu lunak. Paling tidak, ada rasa segan dengan saya," ucap Yesaya.
Sosok Yesaya yang ceria dan murah senyum, memang langsung berubah jadi galak dan tegas ketika sedang mengajar menyanyi dan menari. Namun itu semua semata-mata demi kebaikan anak-anak desanya. Atas kerja kerasnya, banyak yang sudah mengundang Yesaya dan anak didiknya untuk pentas.
Selain mengajar anak-anak, Yesaya juga mencipta lagu dan koreografi Tari Pintake yang menceritakan tentang asal-usul Raja Ampat. Yesaya geram karena banyak yang percaya legenda bahwa masyarakat Raja Ampat berasal dari telur.
Menurut Yesaya, cerita itu hanyalah propaganda Belanda untuk memecah belah rakyat Raja Ampat sehingga bisa menguasai sumber daya alamnya yang sangat kaya. Untuk itu, Yesaya menciptakan Tari Pintake untuk meluruskan sejarah yang tidak benar.
"Tari Pintake ini menceritakan cerita asal mula Raja Ampat. Tidak benar penduduk Raja Ampat itu asalnya dari telur. Itu hanya karangan Belanda saja karena mau masuk ke sini. Belanda sudah membuat sejarah tidak benar. Untuk itu kami buatnya dalam cerita, lukisan, dan tarian supaya semua orang bisa mengerti," terang Yesaya.
4. Harapan Yesaya di masa depan
Yesaya saat mengiringi anak didiknya menari (Wahyu/detikTravel)
|
"Saya ingin mempertahankan sesuatu yang asli. Jangan sampai wajah kampung ini diubah jadi modern seperti di kota. Nanti apa yang dilihat di sini, ke Jakarta saja sana," tutup Yesaya.
Sosok Yesaya merupakan potret kecil dari perjuangan putra daerah yang ingin kampung halamannya mendapat manfaat yang lebih dari sektor pariwisata. Berkat perjuangan dan kerja keras Yesaya, kini Desa Sawinggrai menjadi salah satu dari 120 desa wisata di Raja Ampat yang paling populer di kalangan wisatawan.
Halaman 2 dari 5
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan