Dalam peluncuran buku Flying High, Tony menjelaskan bahwa kedua orang tuanya adalah yang faktor pertama. Lalu, ada pula mantan istrinya.
"Ini adalah kumpulan cerita yang bagus dan besar. Pembuatan bukunya sendiri sudah direncanakan sejak 3 tahun lalu," kata Tony kepada wartawan di Marini's On 57, Kuala Lumpur, Minggu (29/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai Big Bos AirAsia, Tony mempunyai jadwal yang padat. Ia harus membagi waktu untuk pekerjaan, keluarga, maupun membuat buku ini.
"Kamu bisa melihat kembali seluruh hidupku dari buku ini. Merefleksi dari diri sendiri," jelas dia.
Membahas soal orang tua Tony, ada ibu yang menjadi teladannya dalam hal manajemen juga berwirausaha. Makna seorang ayah baginya adalah kelembutan hati dan sosok mencintai orang.
"Sangat emosional saat mengingat ibu. Ia adalah teladan saya saat memulai karir ini. Lalu ada seorang ayah yang memiliki kelembutan hati karena dia seorang dokter yang membuat saya tidak memiliki jarak dengan para bawahan saya," urai Tony.
Bagi Tony, AirAsia adalah dongeng dan hidupnya sendiri pun demikian pula. Hidup tak selalu menyenangkan dan ada masa gelap.
"Mantan istri saya adalah sebagai penguat dan pendamping dalam meniti karir di dunia penerbangan. Pernah suatu saat pesawat saya mengalami kecelakaan dan itu sangat buruk sekali. Tapi kami harus bangkit," jelas dia.
Sejak muda, Tony Fernandes bercita-cita menjadi pilot, seorang pebalap juga menjadi pemain sepakbola. Pada 2011 lalu, ia memulai perjalanan karirnya dengan membangun maskapai yang bangkrut menjadi low cost pertama di Asia, lalu membeli tim Formula 1, dan juga menjadi presiden klub sepakbola Queens Park Rangers. (msl/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum