Indonesia mendapat kritikan pada 2017 karena tidak mengedepankan pariwisata berkelanjutan. Namun, pemerintah mengaku sedang dan akan terus menjaganya.
"Pengembangan destinasi kita dikritik dalam hal enviromental sustainability, kita dianggap kurang peduli dengan kelestarian alam. Lalu, tantangan selanjutnya di tahun 2018 adalah digital tourism," ujar Arief mengawali sambutannya sebagai keynote speaker di Hotel DoubleTree Hotel Jakarta, Rabu (1/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menpar menyebut Indonesia beruntung karena sudah memasukkan pariwisata menjadi salah satu leading sector oleh Presiden Jokowi. Selain itu masih ada 4 sektor yang menjadi andalan saat ini.
"Tahun 2017 ini ada 5 sektor yang jadi unggulan. Ada food, energy, maritime, tourism, industry zone and special economic zone. Outlook 2017 pendapatan pariwisata di USD 200 billion dan USD 223 billion di 2018. Karena tahun ini sudah Rp 190 T dan menjadi penyumbang devisa kedua terbesar," jelas Arief.
Dalam paparan Arief, ditanyakan pula tentang industri paling cocok bagi Indonesia? Apakah pertanian, manufaktur, informasi atau industri kreatif?
"Pertanian kita amat sulit untuk mengalahkan Thailand dan tak mampu membayangkan manufaktur bisa mengalahkan China karena semua dibuat di sana," jawab Arief.
"Di era informasi, bangsa ini mungkin menjadi besar adalah dengan culture industry," tambah dia.
Jadi, kekuatan pemasaran Indonesia dan menjadi tantangan selanjutnya adalah digital tourism. Karena hal itu menjadi topik di tahun 2018.
(rdy/aff)












































Komentar Terbanyak
IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu
Thailand Minta Turis Israel Lebih Sopan dan Hormat
Wisatawan di IKN: Bersih dan Modern Seperti Singapura, tetapi Aneh dan Sepi