Beg-packing: Fenomena Mengamen Sampai Mengemis Demi Traveling

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Beg-packing: Fenomena Mengamen Sampai Mengemis Demi Traveling

Shinta Angriyana - detikTravel
Jumat, 22 Des 2017 13:50 WIB
Ngemis untuk traveling (Instagram/pinaywanderess)
Jakarta - Kalau backpacking adalah liburan dengan cara hemat, ada lagi istilah beg-packing. Traveler mengamen sampai mengemis supaya bisa traveling di luar negeri.

Beg-packing menjadi istilah seorang traveler yang pergi melancong ke berbagai negara dengan meminta uang. Ditelusuri detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (21/12/2017), mereka dengan terang-terangan meminta kepada orang asing modal untuk berpergian, dengan cara apa pun.

Media The Telegraph, pernah memberitakan masalah Begpackers, yakni orang-orang yang mendapatkan biaya traveling dengan meminta. Para Begpackers umumnya sering ditemukan di Asia Tenggara berasal dari Eropa, Amerika dan Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah akun Twitter @ImSoloTraveller, pernah mengunggah fenomena turis yang mencoba hal ini. Meskipun, jika ditelaah ulang, mereka menjual sebuah barang yakni kartu pos di Bangkok, Thailand.



Akun tersebut juga mengunggah beberapa foto turis yang mencoba 'Begpacking' dengan melakukan beberapa atraksi jalanan. Mulai dari menjual barang, sampai mengamen. Para turis tersebut juga terang-terangan memberi tahu keinginannya untuk traveling, tanpa uang yang cukup.

Begitupun seorang pengguna Twitter yang juga travel blogger, Rebecca Hall. Ia pernah mengunggah foto dua traveler yang terang-terangan meminta uang untuk pergi ke Kreta, Yunani.



Media DailyMail juga pernah memberitakan beberapa foto Begpackers di berbagai negara. Ada beberapa orang yang mempertanyakan, mengapa turis dengan peralatan traveling dan kamera mumpuni harus meminta orang lain demi membiayai kehidupannya selama melancong.

detikTravel menelusuri forum tanya jawab Quora, dengan topik mengenai Begpacking. Salah satu pengguna mengutarakan bahwa hal ini sangat menganggu serta menyarankan untuk membuat donasi untuk diri sendiri melalui website. Menurutnya, bekerja freelance lewat internet jauh lebih daripada duduk di pinggir jalan dan meminta dana.

Terlepas dari pro dan kontra Begpacking, terdapat sebuah website yang bernama 'FundMyTravel'. Web ini membantu para traveler yang kekurangan uang dan mencarikan donasi untuknya pergi ke berbagai negara. Tinggal unggah tujuan, alasan pergi ke negara tersebut, dan menunggu orang yang ingin berdonasi.

Di Indonesia, turis-turis yang 'mengemis' di jalanan juga pernah ditemukan di beberapa daerah. Namun, alasannya bermacam-macam. Tahun lalu, ada dua WN Rusia yang terlantar di Stasiun Sudirman, Jakarta. Mereka mengamen untuk memenuhi kebutuhan dan menabung agar dapat kembali ke negaranya.

BACA JUGA: Ramai Kisah Pasangan Mahasiswa Rusia yang Mengamen di Stasiun Sudirman

Bahkan bulan September lalu, ada berita 2 traveler dari Republik Ceko yang kehabisan uang di Pekalongan dan sampai dibantu polisi. Mungkin inilah contoh Begpacker.

BACA JUGA: 2 Turis Bule Kehabisan Ongkos di Pekalongan, Kok Bisa Sih?

Berbagai negara pun juga punya aturan bagi turis yang datang. Meliputi persyaratan untuk aplikasi visa, serta yang paling utama adalah jumlah uang yang bisa menghidupi traveler tersebut selama berkunjung di sebuah negara.

Indonesia memberikan fasilitas Visa on Arrival yang bisa digunakan selama 30 hari oleh traveler dari berbagai negara. Dilihat dari situs KBRI Ottawa, Syarat VoA adalah membayar USD 35 (Rp 500 ribu), masa berlaku paspor maksimal 6 bulan, serta tiket pulang dan pergi. Namun, tidak dijelaskan mengenai biaya tertentu yang harus dimiliki untuk kebutuhan hidup.

Traveling memang menjadi suatu hal yang menarik sebagian orang, bahkan ada yang menjadikannya kebutuhan primer. Kalau kamu, setuju atau tidak dengan 'Begpacking'? (bnl/bnl)

Hide Ads