Kearifan lokal dan warisan budaya menjadi kekuatan tersendiri di Kalimantan Tengah (Kalteng). Pemprov Kalteng pun berupaya mengemas potensi itu salah satunya dengan menggelar Festival Budaya Habaring Hurung (Gotong Royong) 2018.
Dari rilis yang diterima detikTravel, Minggu (15/4/2018), Festival Budaya Habaring Hurung 2018 dibuka di hari Jumat (13/4) di Taman Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Acara berlangsung meriah meski diguyur dengan hujan deras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Penampilan musik khas dayak, Karungut, dilakukan di tepian panggung. Sejumlah atraksi pembuka seperti pencak silat di hadapan tenda bupati dan para pejabat lainnya terus dilangsungkan walaupun hujan terus mengguyur.
Ada 15 cabang olahraga tradisi dan seni budaya yang dilombakan dalam festival ini. Lokasi digelar di beberapa sudut kota.
Cabang lomba tradisional dayak tersebut antara lain bagasing, balogo, mengaruhi, manyimpet, manetek kayu, karungut, sepak sawut, besei kambe, dayung, tari pedalaman, tari pesisir, masakan khas daerah, malamang, mangenta, dan lawang sakepeng.
![]() |
Selain lomba ini, ditambah juga pemilihan putra-putri pariwisata Kotim yang akan berlanjut di tingkat provinsi dan seterusnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat mengemasnya sebagai promosi kebudayaan dan seni di daerah ini. Di tingkat provinsi, beberapa bulan lagi juga digelar Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) yang tiap tahun digelar, diikuti seluruh kabupaten atau kota.
![]() |
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng Agustiar Sabran, mengatakan, DAD sebagai satu kelembagaan adat yang diakui peraturan daerah (Perda), mengapresiasi pembinaan seni budaya itu. Seni budaya yang digali dari kearifan lokal tersebut menjadi event tahunan yang dioptimalkan dalam bentuk kalender wisata.
"Kita harus dan patut berbangga dengan adanya festival kebudayaan seperti Budaya Habaring Hurung. Juga festival lainnya, sebagai upaya melestarikan budaya," kata Agustiar.
Menurut Agustiar, bila perlu, akulturasi budaya lainnya yang berkembang di Kalteng juga harus dimunculkan. Karena masyarakat Kalteng berfalsafah huma betang yang menjunjung keberagamaan, mengikat perbedaan dalam kebersamaan.
![]() |
Agustiar juga berharap kegiatan terus dimanfaatkan, kemasan festival semakin baik, semakin bervariasi, dan berinovasi dalam tampilan. Sehingga budaya adat daerah ini bisa tetap tumbuh dan menjadi salah satu budaya untuk menarik minat wisatawan untuk menyaksikan.
"Ini patut dibanggakan, karena dengan adanya kegiatan yang berkelanjutan bisa mengenalkan budaya asli daerah kepada anak-anak dan calon penerus kita," ucapnya.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Kisah Pengkhianat Mataram, Makamnya Diinjak-injak Orang Setiap Hari
Desa Cantik Tempat El Rumi Melamar Syifa Hadju