Curhatan Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Wisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Curhatan Penyandang Disabilitas Terhadap Fasilitas Wisata

Tri Ispranoto - detikTravel
Jumat, 03 Agu 2018 15:20 WIB
Foto: Avitia Nurmatari/detikTravel
Bandung - Sedang heboh curhatan di media sosial, seorang disabilitas mengeluh pada fasilitas di tempat wisata Amazing Art World Bandung. Bagaimana ceritanya?

Dalam curhatannya, penulis membuat judul yang cukup menohok. Ia menyindir warga Indonesia yang senang dengan Korea malah tak mendapat perlakuan yang semestinya.

"Buat Yang Demam Korea. Beginilah Perlakuan Warga Korea di Indonesia *Ditolak Di Negara Sendiri*," tulis judul dalam pesan berantai yang ditulis pada Sabtu 28 Juli 2018 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulis menyebut judul itu menggambarkan apa yang terjadi saat dua orang disabilitas akan berkunjung Amazing Art World. Tempat itu berada di Jalan Setiabudi, Kota Bandung dan dikenal sebagai lokasi wisata swafoto.

"Akhirnya tibalah di loket dengan memesan 4 tiket. Namun sang penjaga tiket bilang, maaf kursi rodanya dibopong ya bu. Kami jawab, kalau dibopong saya tidak mau, yang bopong harus petugas. Petugas malah nanya balik 'siapa yang harus bopong'. Petugasnya menjelaskan terlalu banyak tangga. Tentu saja kami sangat kecewa. Dan meminta bertemu pengelola," lanjut isi tulisan tersebut.

 (dok Istimewa) (dok Istimewa)


Pada awalnya mereka disuruh oleh petugas untuk duduk di kursi kayu dengan loket. Namun hal itu ditolak karena mereka tetap ngotot ingin bertemua dengan pengelola. "Maklum saja kami marah, karena sudah terlalu sering bertemu pemilik, tidak digubris, apalagi hanya petugas loket," katanya.

Akhirnya mereka masuk ke kantor manajemen dan ditemui dua orang yang mengaku sebagai manajer marketing.

"Kami jelaskan sejak 2006 UU Bangunan Publik telah mengeluarkan aturan rancang bangun fisik secara detail. Apalagi Amazing Art World gedung baru 2017. Dengan marah dan kesal kami sampaikan. Konvensi Internasional penyandang disabilitas sudah di adopsi semua negara bahkan Korea sekalipun," ungkap penulis.

Mendengar hal itu, pihak manajemen berkilah kejadian seperti itu sudah dua kali terjadi. Bahkan pihak manajemen mengaku sudah memberi masukan pada pemilik tempat yang merupakan warga negara Korea.

"Saat itulah kami berfikir, Negara ini belum bisa menghargai warganya sendiri. Dimana wahana publik yang dibangun orang Korea, menolak warga bangsanya sendiri. Dan kalau ingin bertanya, harus ke Korea. Bukankah gedung itu berdiri di tanah Indonesia," lanjut penulis.

(dok Istimewa)(dok Istimewa) Foto: undefined


Dalam tulisannya itu penulis juga mengkritik pemerintah sebagai pemegang regulasi. "Sungguh menyedihkan, berbagai investor diajak untuk menghilangkan, meremehkan, martabat warga bangsanya sendiri. Semoga pemimpin negeri segera taubat," katanya.

Bahkan penulis menuding pemilik tempat wisata tersebut telah melakukan korupsi dan gratifikasi karena telah menabrak beberapa aturan mengenai aksessibilitas. "Mulai dari kemen PUPR tahun 2010 dan revisi tahun 2017, sementara UU Bangunan Publik tahun 2006, UU disabilitas no. 8 tahun 2016, Perda 26 2009 Kota Bandung tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas dan Perda 7 2013 propinsi Jawa Barat tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas," beber penulis.

Di akhir tulisan penulis menyebut jika pihak manajemen berjanji akan mengundangnya kembali jika pemilik yang sedang berada di Korea telah merespon.

Dari penelusuran detikTravel dua orang yang disabilitas yang dimaksud oleh penulis adalah Faisal Rusdi dan istrinya Cucu Saidah. Bahkan tulisan tersebut pun ditautkan ke dinding Facebook milik Rusdi. Rusdi sendiri selama ini dikenal sebagai disabilitas yang menekuni dunia seni lukis. (aff/aff)

Hide Ads