Berlokasi di Dusun Kepek 1, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, konsep kampung ini mencoba memadukan literasi digital dengan seni tradisi membatik.
Dirjen Aptika Kemenkominfo, Sammuel mengatakan, memang sekarang ini sudah memasuki era digital. Oleh karenanya, seni tradisi termasuk seni membatik harus menyesuaikan diri dengan dunia digital, agar batik tidak ditinggalkan kalangan milenial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Ini adalah salah satu contoh di mana kemajuan teknologi itu harus membawa nilai-nilai kreatif seperti itu yang ditonjolkan. Jadi kita menggunakan digital teknologinya untuk menyebarkan. Digital teknologinya untuk membantu mendesain," lanjutnya.
Kampung Batik Siberkreasi merupakan wujud perpaduan seni batik dengan gerakan nasional literasi digital siberkreasi. Setidaknya ada tiga misi yang ingin disampaikan lewat kampung ini. Ketiganya meliputi seni, pendidikan, dan peradaban.
Meski mendukung perpaduan seni tradisi dengan teknologi, namunSammuel mengingatkan bahwa terdapat ciri khas seni batik di Indonesia yang tidak bisa diubah. Yakni proses membatik yang dikerjakan oleh tangan manusia, bukan mesin.
![]() |
"Namun bagaimanapun inilah ciri khasnya batik di Indonesia, yang dikerjakan oleh manusia. Ini menurut saya adalah narasi yang perlu ditambahkan setiap kita menjual batik," ungkapnya.
Selain dihadiri Sammuel, peluncuran Kampung Batik Siberkreasi juga dihadiri Bupati Gunungkidul Badingah. Sejumlah kegiatan mulai membatik di kain sepanjang 35 meter dan aksi mural motif batik mewarnai launching kampung ini.
![]() |
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum