Itulah yang dilakukan Sukarno (44), yang awalnya tidak menerima bantuan pasca gempa. Dari hasil pendataan pemerintah desa, namanya tidak tercantum sebagai calon penerima bantuan meski rumahnya masuk dalam kategori rusak berat.
"Nama saya tidak masuk daftar, ingin protes juga, ada rasa ketidakadilan, verifikasi tidak masuk itu yang saya sesalkan," ungkap Sukarno (44), Senin (15/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pria yang mengabdikan diri sebagai perawat kesehatan di Puskesmas Lingsar dan juga hobi mendaki Gunung Rinjani ini membangun rumah dengan biaya sendiri. Uniknya, rumah yang dibangun bukan rumah biasa. Tetapi model rumah terbalik.
"Ya sengaja model seperti ini, kita sebut rumah sujud, karena posisi rumah seperti sedang bersujud," jelasnya.
Sukarno memang sengaja membuat konsep rumah yang menarik. Dia berharap hal itu bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Sukarno memiliki harapan, warga sekitar mau mengikuti langkahnya membangun rumah dengan konsep serupa. "Kita coba browsing-browsing dan cari yang paling sederhana, buat miniatur dulu lalu konsultasikan ke tukang," katanya.
Sukarno mengaku menghabiskan sekitar Rp 50 juta lebih untuk membangun rumah terbalik yang menggunakan bahan material mulai dari genteng onduvila untuk atap, kalsiplank untuk dinding, dan sisa puing yang masih bisa digunakan seperti pintu dan jendela.
Rumah terbalik seluas 6x5 meter memiliki lama waktu pengerjaan sekira 3 minggu. "Ini sudah jalan seminggu, mungkin sekitar dua minggu lagi rampung, dan arsitekturnya Insya Allah tahan gempa juga," cetusnya.
Rencananya, dia akan mengundang komunitas pendaki di Gunung Rinjani untuk menghadiri peresmian rumah terbaliknya itu.
Sukarno berkeyakinan idenya ini mampu menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata baru di Lombok Barat. Dia menilai, warga sekitar juga bisa merasakan dampak ekonomi dengan kehadiran wisatawan.
"Warga nantinya bisa berjualan makanan dan minuman, serta kerajinan tangan yang kalau bisa ada ciri khas tentang bencana gempa," katanya.
Tak sekadar sebagai objek wisata, Sukarno juga akan menampilkan sejumlah unsur yang berkaitan dengan perisitiwa gempa. Hal ini dimaksudkan sebagai pengingat dan juga mitigasi bencana ke depan bagi masyarakat sekitar dan juga wisatawan.
Salah seorang pekerja yang membangun rumah tersebut, Andi, mengaku kaget saat diminta Sukarno membangun rumah dengan model terbalik. Namun, Andi menyetujui permintaan tersebut.
"Kita kan sering bawa tamu ke Rinjani, namun kini Rinjani ditutup, katanya sampai dua tahun, jadi kenapa kita tidak mulai menciptakan objek wisata baru," katanya.
Andi berharap langkah inovatif Sukarno diikuti masyarakat lainnya yang ada di Lombok. (sna/fay)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau