Terlepas dari pro dan kontra yang ada, menurut Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM Janianton Damanik, tradisi sedekah laut sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana untuk menarik wisatawan berkunjung.
"Semua (kegiatan) budaya itu punya potensi untuk jadi atraksi pariwisata. Karena dalam konteks pengembangan pariwisata berbasis budaya, memang atraksi utamanya adalah budaya," ucap Janianton kepada detikTravel, Rabu (17/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalnya orang asing datang, tidak otomatis sebagai bukti bahwa dia (sedekah laut) menjadi wisata. Artinya supaya itu (sedekah laut) menjadi sebuah attraction dia harus memenuhi (kriteria)," paparnya.
"Jadi selalu banyak mengklaim, kami punya ini, kami punya ini. Dikira sudah seperti itu langsung wisatawan berdatangan, ya enggak. Jadi harus ada proses di mana sebuah potensi itu bisa menjadi existing product," tuturnya.
Agar sebuah tradisi bisa menarik wisatawan, lanjut Janianton, pihak-pihak terkait harus bisa mengemas tradisi tersebut menjadi atraksi pariwisata. Dia yakin apabila berhasil, tradisi seperti sedekah laut akan banyak dikunjungi turis asing.
"Harus ada peran dari stakeholder. Siapa yang memasarkan, siapa yang mengemas, kemudian bagaimana itu dikemas, kapan, tempatnya di mana, dan segala macam itu kan harus ada. Itu yang kita belum ada," jelasnya.
"Dalam kegiatan budaya ini kan kita tidak bisa menjamin keajekan pelaksanaannya. Padahal turis kan maunya begitu, itu harus jelas. Apa yang dia dapatkan dari sana harus jelas," tutupnya.
(sym/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!