Ini Cerita Layar Kumendung dalam Festival Gandrung Sewu 2018

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Cerita Layar Kumendung dalam Festival Gandrung Sewu 2018

Ardian Fanani - detikTravel
Sabtu, 20 Okt 2018 23:15 WIB
Foto: Festival Gandrung Sewu 2018 di Banyuwangi (Ardian Fanani/detikTravel)
Banyuwangi - Pagelaran Festival Gandrung Sewu 2018 berlangsung sukses. Festival ini memberikan pesan dan kesan tersendiri.

Meski sempat ada penolakan dari DPW-FPI Banyuwangi, kegiatan tersebut sukses digelar. Tidak ada penertiban ataupun pembubaran event budaya tersebut.

Kegiatan ini dimulai dengan tari Kuntulan. Kesenian Islami ini ditarikan oleh sekitar 150 penari dan penabuh rebana. Lantunan Salawat dilantunkan di lautan pasir di Pantai Boom Banyuwangi, Sabtu (20/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fragmen cerita Layar Kumendung, yang menceritakan kisah akhir perjuangan Bupati Pertama Banyuwangi, Mas Alit yang meninggal dalam pelayaran itu, ditampilkan dengan apik oleh sekitar 60 pemain fragmen. Baru setelah itu, ribuan penari Gandrung muncul sebagai background cerita kisah tersebut.

Kejadian perang membuat banyak prajurit tewas untuk membela Mas Alit. Itu membuat banyak anak menjadi yatim dan bersedih. Saat itulah beberapa penari Gandrung lawas mencoba menghibur dengan melatih tari Gandrung anak yatim pejuang Blambangan.

(Ardian Fanani/detikTravel)(Ardian Fanani/detikTravel)
Sambil melatih menari, mereka juga memberikan semangat para generasi muda untuk melanjutkan hidup dengan bahagia. Tak hanya itu, penari Gandrung lawas juga meminta kepada generasi muda itu untuk melestarikan budaya dan tradisi. Karena Gandrung juga merupakan pahlawan dalam perjuangan melawan penjajah.

"Jangan sampai Gandrung punah. Jangan sampai ada yang menghancurkan budaya," ujar salah satu pemain fragmen.

"Dengan ilmu hidup kita lebih mudah, dengan seni hidup lebih indah, dengan agama hidup lebih terarah. Masuk Pak Eko," tambah pemain fragmen tersebut.

BACA JUGA: Menpar: Gandrung Sewu Kembali Masuk Kalender Wisata Nasional 2019

Di akhir kisah Festival Gandrung Sewu menceritakan Mas Alit yang meninggal dunia, setelah adanya perompak yang menyerang kapal Mas Alit di Sedayu, Gresik. VOC yang notabene adalah penjajah Belanda, membujuk dan mengajak Mas Alit dalam sebuah pertemuan Bupati. Padahal hal itu hanyalah sebuah tipu daya belaka.

Meninggalnya Mas Alit tentu membuat rakyatnya bersedih. Mereka hanya bisa berdoa, untuk mengenang atas perjuangan Mas Alit membela rakyat Banyuwangi.

Dia dan Salawat dilantunkan oleh para penari Gandrung dan pemain fragmen. Sebagai doa untuk Mas Alit.

(Ardian Fanani/detikTravel)(Ardian Fanani/detikTravel)


(Ardian Fanani/detikTravel)(Ardian Fanani/detikTravel)
(aff/aff)

Hide Ads