Karakteristik milenial yang punya mobilitas tinggi harus diperhatikan dengan baik oleh para pelaku usaha pariwisata di Indonesia. Salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu membangun Nomadic Tourism. Memang tidak mudah, tapi model bisnis ini yang paling ideal buat turis milenial.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menyebut Nomadic Tourism sebagai sebuah solusi sementara sebagai solusi selamanya. Arief ingin agar Nomadic Tourism jadi solusi untuk masalah amenitas di daerah-daerah yang belum terjangkau tapi digemari milenial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ide Nomadic Tourism ini berawal dari dunia telekomunikasi yang sudah saya geluti selama puluhan tahun. Layanan pre-paid yang semula temporary solution sekarang sudah 150 juta pelanggan, mungkin hanya 3 juta yang postpaid," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam sambutannya di acara FGD Millennial Tourism di Hotel Shangrila Jakarta, Rabu (05/12/2018).
Arief pun ingin agar Nomadic Tourism ini murah, mudah dan cepat. Kendala pengadaan lahan yang jadi permasalahaan dalam membangun Nomadic Tourism, kata Arief bisa diatasi dengan alokasi 10% lahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata milik pemerintah.
"Nomadic Tourism itu harus murah, harus mudah, dan harus cepat. Ini hasil yang saya harapkan. Analoginya kamu makin mudah masuk ruangan kalau ada banyak pintu keluar. Semakin tidak diikat, semakin terikat. Itu paradoks marketing. Kalau tanah itu tanah pemerintah, saya yang berikan jaminan. 10% dari KEK harus dibangun Nomadic Tourism," ujar Arief.
Seperti kita ketahui, pasar Nomadic Tourism ini cukup besar secara global. Sekitar 39,7 juta wisatawan nomad, yang terdiri dari backpacker, glampacker, dan luxpacker bepergian ke berbagai destinasi di dunia. Tentunya pasar ini cukup potensial jika dikembangkan di Indonesia. (sna/krn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!