Heboh Selfie di Tempat Bencana, Ini Kata Pengamat Pariwisata

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Heboh Selfie di Tempat Bencana, Ini Kata Pengamat Pariwisata

Kurnia Yustiana - detikTravel
Jumat, 28 Des 2018 16:50 WIB
Kondisi di Sumur, Pandeglang pasca tsunami Selat Sunda (Rifkianto Nugroho/detikTravel)
Jakarta - Sejumlah orang diketahui berfoto selfie di lokasi bencana tsunami Selat Sunda. Hal ini pun sempat disorot media asing.

Seorang jurnalis The Guardian, Jamie Fullerton, memberitakan aktivitas selfie sejumlah orang di kawasan bencana tsunami Selat Sunda. Salah satunya bernama Solihat, yang datang ke sana untuk menyalurkan bantuan kepada korban.

Ia yang datang bersama 3 rekannya, mengaku foto-foto selfie dilakukan setelah menyalurkan bantuan, dan foto itu diunggah ke akun media sosialnya sebagai bukti bahwa mereka telah menyampaikan bantuan yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ditanya apakah pantas melakukan selfie di lokasi bencana yang kemungkinan masih ada jenazah yang belum diketemukan, ia menjawab tergantung niat masing-masing.

"Itu tergantung niat Anda. Jika selfie untuk pamer, jangan lakukan. Tetapi jika Anda melakukannya untuk berbagi kesedihan dengan orang lain, itu tidak apa-apa," sebutnya seperti dikutip dari The Guardian.

Aktivitas selfie ini memang rasanya kurang pantas dilakukan oleh pengunjung maupun relawan yang datang ke lokasi bencana. Seorang korban tsunami bernama Bahrudin pun mengungkapkan kekecewaannya saat melihat daerahnya yang terkena bencana jadi wisata selfie.

BACA JUGA: Selfie di Lokasi Tsunami Selat Sunda Jadi Sorotan Media Asing

Menurut pengamat pariwisata dan Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari, seharusnya pemerintah ikut memperhatikan aktivitas para pengunjung yang datang ke lokasi bencana. Traveler yang datang untuk memberikan bantuan perlu diberi arahan, seperti apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu para korban di lokasi bencana.

"Datang memberikan bantuan harusnya kita fasilitasi mereka, kita ajarkan mereka. Jadi kalau (korban) ada apa kita harus tolong, ada Basarnas segala macam," ujar Azril dalam perbincangan via telepon dengan detikTravel, Jumat (28/12/2018).

"Mereka yang datang membantu, mereka foto. Tapi tolong diajarkan pada mereka membantu harusnya begini caranya. Jadi membantu oke bagus, kemudian kita menolong. Itu disebut responsible tourism, pariwisata yang bertanggung jawab. Ikut berpartisipasi, namanya participatory approach, ada participation tourism, wisata yang berpartisipasi," jelasnya.

Dengan adanya arahan dari pihak berwenang di lokasi bencana, traveler yang datang bisa lebih terarah. Setelah mengantarkan bantuan yang telah dikumpulkan dari daerah masing-masing, apa yang perlu dilakukan selanjutnya untuk meringankan beban para korban.

"Karena nggak dibimbing mereka berada di sana, mereka jadi selfie. Mereka sendiri kan nggak tahu apa yang mau dilaksanakan juga. Kalau kita bimbing mereka, ada standarisasi apa yang harus dilakukan, disiapkan," jelasnya.

Dengan begitu, traveler bisa membantu sekaligus mendapat pengetahuan soal penanganan bencana. "Kalau di luar negeri ada standarnya. Kalau ada apa terjadi ya mereka sambil belajar, kalau bencana gunung seperti ini, kalau bencana tsunami seperti ini. Itu kan diajarkan," tuturnya. (krn/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads