Kisah Orang-orang Sangir, Pembuat Kapal & Pelaut Ulung dari Sulawesi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Orang-orang Sangir, Pembuat Kapal & Pelaut Ulung dari Sulawesi

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Rabu, 27 Feb 2019 12:55 WIB
Foto: Orang Sangir, pelaut dan pembuat kapal ulung dari Sulawesi (Wahyu/detikTravel)
Bitung - Indonesia kaya akan suku bangsa. Mari kita kenalan dengan orang-orang suku Sangir, para pelaut dan pembuat kapal ulung dari Sulawesi.

Ada ratusan suku bangsa di Indonesia. Salah satunya adalah Suku Sangir. Mereka berasal dari Kepulauan Sangihe, di sebelah barat laut Pulau Sulawesi. Menurut literatur, Suku Sangir sudah tinggal di kepulauan itu sejak abad ke-3.

Kepulauan Sangihe sendiri berlokasi tak jauh dari Mindanao, pulau terbesar di Filipina. Jadi jangan heran kalau Orang Sangir juga bisa ditemui di wilayah Davao, Filipina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi orang-orang Sangir, menempuh perjalanan laut dari Sangihe menuju Filipina, atau pun sebaliknya, sudah biasa mereka lakukan. Mereka bahkan kawin-mawin dengan orang Filipina, melahirkan perpaduan etnis baru: Sangir-Filipina dan Filipina-Sangir.

Semua itu berkat keahlian mereka di laut. Mereka adalah pelaut dan juga pembuat kapal yang ulung. detikTravel pun bertemu dengan salah satu orang Sangir yang jago membuat kapal.

Noa Puasa, orang Sangir ahli pembuat kapal (Wahyu/detikTravel)Noa Puasa, orang Sangir ahli pembuat kapal (Wahyu/detikTravel)
Namanya Noa Puasa (63). Sebagai pembuat kapal, Noa punya kisah hidup yang sangat menarik. Noa lahir di Filipina, istrinya juga orang Filipina. Tapi hatinya tertinggal di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Di kota inilah, Noa menghidupi keluarganya dengan menjadi pembuat kapal.

"Saya lahir di Filipina. Tahun 1956 lahir. Tahun 66, Gunung Sanger meledak. Kami naik bodi kapal ke Filipina. Tahun 1977 pulang lagi ke Indonesia. Sekarang bikin kapal," kisah Noa kepada detikTravel di Desa Manembo-nembo, Bitung, Senin (18/2/2019) pekan lalu.

Salah satu pekerja di bengkel milik Noa (Wahyu/detikTravel)Salah satu pekerja di bengkel milik Noa (Wahyu/detikTravel)
Noa membuat kapal dibantu oleh 5 orang pekerja. Beberapa pekerjanya masih terhitung kerabat. Ada 3 jenis kapal yang dikerjakan Noa di workshopnya.

Ada kapal berukuran kecil mirip sekoci, ada pula yang berukuran sedang, dan yang ukurannya sangat besar. Beda ukuran kapal, beda pula harganya. Semakin besar kapal, maka harganya akan semakin mahal pula.

"Kalau (perahu -red) ini seperti sekoci, bisa masuk ke kapal yang lebih besar. Bisa muat 3-4 ekor tuna ukuran 20 Kg. Kalau ukuran 50 kg bisa muat 2 ekor, yang satu digandeng pakai ganco. Harganya Rp 4 juta," jelas Noa sambil menunjuk ke kapal sekoci kecil yang dibuatnya.

Proses pembuatan kapal (Wahyu/detikTravel)Proses pembuatan kapal (Wahyu/detikTravel)
Untuk kapal ukuran sedang dengan kayu 30 balok, Noa mematok harga Rp 15 juta. Sedangkan untuk kapal penangkap tuna yang ukurannya lebih besar (kapasitas 29 Ton), harganya bisa mencapai Rp 200 juta lebih.

Komponen paling mahal dalam usaha pembuatan kapal terletak di kayunya. Untuk bahan baku kayu, Noa menggunakan jenis kayu Boarao, juga kayu Nantu agar kapal awet. Kapal buatan Noa bisa tahan sampai 10 tahun.

Noa membuat kapal sesuai dengan pesanan. Dalam sebulan, bengkel sederhana Noa bisa menghasilkan 50 buah kapal berbagai ukuran. Sangat mengagumkan, mengingat di bengkelnya Noa masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk membuat kapal.

Dalam satu bulan bisa membuat puluhan kapal (Wahyu/detikTravel)Dalam satu bulan bisa membuat puluhan kapal (Wahyu/detikTravel)
Noa hanya salah satu potret orang Sangir yang menekuni keahliannya dalam membuat kapal laut. Banyak juga orang Sangir yang berkiprah di bidang lain. Salah satu orang Sangir yang terkenal adalah stand up komedian, Mongol Stres.

Ada kurang lebih 400 ribuan orang Sangir yang tinggal di Sulawesi Utara. Selain di Sulawesi Utara, orang Sangir juga tinggal di Gorontalo. Di Gorontalo, populasi orang Sangir mencapai 7 ribuan orang. (wsw/krn)

Hide Ads