"Saya memilih evolusi dipercepat, dalam bertransformasi menuju Digital Tourism 4.0," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (22/3/2019).
Orang nomor satu di Kemenpar itu mengatakan proses transformasi birokrasi menuju ke professional memiliki konsep 3B yakni to build, to borrow dan to buy. Semua punya plus minus dan memiliki dampak pro dan kontra. Dia menjelaskan to build adalah untuk membangun dari nol, mendidik dari yang ada, menuju ke professional. Risikonya, kata dia, membutuhkan waktu panjang, kesabaran tinggi, dan 5 tahun tidak cukup.
Selanjutnya, to buy, atau mengganti semua pejabat dengan orang baru, yang lebih fresh, lebih akomodatif dengan perubahan. Arief menyebutnya sebagai revolusi dan akan membawa kontraksi yang besar di pegawai. Hal ini pula bukan pilihan Arief Yahya dalam bertransformasi untuk melambungkan pariwisata Indonesia.
Mantan Dirut PT Telkom ini memilih to borrow, atau menggunakan shadow management. Dia meminta tenaga professional yang ahli di bidangnya dan mempunyai reputasi untuk mendampingi pegawainya dalam bertransformasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian dalam melangakah ke go-digital tetap ada saja yang 30 persennya belum beranjak alias belum move on. Sementara costumers atau travelers, kata dia, sudah 70% go-digital.
"Jadi memang yang masih ada 30% yang konvensional dan lebih nyaman dengan cara orang lama," kata Arief.
Dia melanjutkan, roadmap menuju go-digital di Kemenpar, sudah diawali sejak 2015, lalu diperkuat di Rakornas Go Digital Be The Best, September 2016. Presiden Jokowi pun, kata Arief, selalu menyampaikan tantangan ke depan, untuk memenangkan persaingan di level dunia, dan harus lebih cepat (speed).
Ia mengatakan kecepatan menjadi kunci. Yang cepat akan mengalahkan yang lambat, bukan yang kecil mengalahkan yang besar. Lalu solid, dari atas sampai ke bawah, harus punya tone yang sama. Inline dengan semacam 'corporate culture' yang sudah dibangun Menpar Arief Yahya di lingkungan Kemenpar dengan 3S, Solid, Speed, Smart.
Budaya kerja itu selanjutnya diimplementasikan oleh Menpar Arief Yahya dengan istilah: WinWay yang bisa diterjemahkan sebagai Wonderful Indonesia Way, atau The Way to Win!
"Budaya kerja untuk memenangkan persaingan global. Maka seluruh unsur pariwisata dikelola dengan spirit WinWay," ungkap pria yang lahir di Banyuwangi Jawa Timur ini.
Lantas muncul magic words 3 kalimat yang selalu dipopularkan di setiap momen sejak 2015. The more digital, the more personal. The more digital the more global. The more digital the more professional. Ia menjelaskan, implementasinya di dalam seluruh aktivitas Kemenpar menuju ke Digital Tourism 4.0 yang dijadikan tema besar Rakornas I Tahun 2019. "Transforming Tourism Human Resources, Winning The Global Competition in 4.0 Era."
"Tourism 4.0 lahir seiring dengan mulai tersedianya big data perilaku travelers yang mampu dikumpulkan via apps dan sensor yang kemudian diolah dan menciptakan seamless dan personalized travelling experience," sebutnya.
Seamless dan personalized experience itu, lanjut dia, bisa diwujudkan karena adanya peran teknologi-teknologi Revolusi Industri Keempat (4.0). Yaitu: artificial intelligence, internet of things (IoT), big data analytics, robotics, augmented reality, cloud computing, blockchain, dan sebagainya. "Inilah berbagai teknologi yang kini sering disebut sebagai Teknologi 4.0," kata Arief.
"Kita semua tahu, target besar Presiden Jokowi adalah 20 juta wisman tahun 2019. Itu artinya double, dari start awal 9,3 juta di 2014. Dan untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, hanya bisa ditempuh dengan cara yang tidak biasa! Cara yang tidak biasa itu adalah: Go Digital," ungkapnya.
Ia sendiri mengakui kalau masih ada 30% yang masih menggunakan cara berpikir lama, konvensional, meskipun customers-nya, atau travelersnya sudah menuju ke digital. Karena itu, tidak heran, jika masih ada yang menggunakan pisau analisa 'orang lama' untuk menjawab tantangan kekinian dan masa depan yang semakin milenial, yang sudah digital, mobile dan interaktif.
"Ya, harus sabar, terus mendidik, dan menularkan pemahaman kepada SDM kita, yang sesuai dengan arah pergerakan customersnya. Era digital, creative industry atau cultural industry ini berjalan sangat cepat. Kita berpacu melawan kreativitas dan era milenial yang makin cepat," pungkas dia.
Tonton juga video Kemenpar Tetapkan 5 Makanan Ini Sebagai Makanan Nasional:
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum