Bertubuh besar, bertelinga lebar dan memiliki gading, inilah gajah. Dalam industri pariwisata, gajah diberi label sebagai makhluk besar yang lembut dan menyenangkan.
Betul, gajah memang makhluk berhati lembut yang pantang untuk disakiti. Gajah memiliki daya ingat yang begitu hebat, bahkan akan diturunkan ke anak-cucu mereka. Hal lembut lainnya bisa terlihat dari gestur mereka saat berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam bahasa Thailand, Phajaan memiliki arti 'to crush' atau menghancurkan. Prosesinya diawali dengan penculikan bayi gajah dari hutan. Para pemburu akan membawa lari bayi gajah dari induknya.
Proses ini dipanggal "Phajaan". Proses yg kejam yg mana baby gajah dipisah cara paksa & didera. Last2 bagi pelancong naik seronok2. So, bile pegi Siam, jgn gatal2 nak naik gajah. RT utk pengetahuan bersama! #StopAnimalCruelty #elephant pic.twitter.com/YqPv8TwJem
β Uncle Barry (@fuzirbarry) May 2, 2018
Setelah diculik, bayi tersebut akan mulai menjalani prosesi Phajaan. Prosesi ini berupa siksaan untuk menghancurkan jiwa liar gajah. Gajah akan dipukuli dengan berbagai alat dan dipaksa untuk menuruti perintah.
Kalau tidak nurut bagaimana? Tentu saja akan terus disiksa. Kaki yang dirantai, dicambuk sampai berdarah dan tidak diberi makan adalah siksaan yang harus dialami oleh gajah.
Setelah bisa mengikuti perintah manusia, gajah juga tak lepas dari siksaan. Contohnya, saat dinaiki wisatawan, kepala gajah akan di pukul-pukul oleh pawang. Ini seperti memberi tanda bahwa gajah harus menuruti semua perintah pawang.
Walaupun berbadan besar, banyak yang tidak tahu bahwa struktur tulang gajah tidak untuk ditunggangi. Seekor gajah dipaksa untuk membawa kursi kayu dengan 2-3 orang di badannya. Sungguh ironi.
BACA JUGA: Lautan Darah Lumba-lumba yang Menyayat Hati
Praktek Phajaan sepertinya tidak jauh beda dengan cara menjinakkan gajah dibelahan dunia mana pun. Walau bukan jadi hewan peliharaan, namun gajah dijinakkan untuk membantu pekerjaan manusia sejak jaman dahulu kala.
Padahal gajah seharusnya berada di alam liar. Mereka membantu menjaga ekositem hutan dan kesimbangan alam. Tapi kini, mereka ada di sirkus dan kebun binatang untuk melakukan pertunjukkan. Menggambar, naik ke kursi, melakukan akrobat dan menjadi tunggangan adalah atraksi-atraksi yang sering jumpai.
Kembali lagi kepada memori gajah yang kuat. Gajah akan merekam dengan jelas semua siksaan yang dilakukan terhadap mereka. Bahkan gajah akan terus mengingat wajah orang-orang yang menyiksa mereka saat proses penjinakan.
Saat ini sudah banyak pihak yang memberikan dukungan pada pembebasan gajah dari kebun binatang dan sirkus. Salah satunya adalah kebun binatang di Perth yang tidak lagi memelihara gajah.
India pun turut menyuarakan kepeduliannya dengan mendirikan rumah sakit gajah pertama dunia. Kalau menurutmu, bagaimana traveler? (bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia