Dalam kegiatan 'Diskusi Kesiapsiagaan Bencana Sektor Perhotelan untuk Industri Pariwisata' Kepala BPNB Letjen Doni Monardo menyampaikan bahwa banyak wilayah di Indonesia yang punya potensi besar terhadap bencana alam. Namun di balik bencana itu, Indonesia punya banyak potensi wisata.
"Yang rawan bencana alam tidak hanya Bali, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta atau Bandung saja. Namun banyak wilayah Indonesia dengan alamnya yang indah menyimpan potensi bencana alam yang besar," ujar Doni, Senin (6/5/2019) di Gedung Graha BPNB, Jakarta Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walau Maluku kawasan rawan bencana alam, namun di sana punya banyak potensi wisata. Mulai dari kekayaan bawah lautnya, alamnya serta kekayaaan budaya dan sejarah. Hal ini perlu diperhatikan para pengusaha hotel supaya bisa mempertimbangkan potensi wisata seperti ini dalam pengembangan hotel," tambah Doni.
Kemudian dia menyebutkan Pulau Banda yang kaya akan cengkeh dan pala. Tidak hanya kaya akan alam, namun juga kaya potensi wisata alam dan sejarah.
"Contoh selanjutnya yaitu Pulau Banda yang terkenal dengan cengkeh dan pala nya. Di kawasan Pulau Banda ada Pulau Run, ini adalah pulau yang dibarter oleh Inggris dengan Belanda. Inggris menukarnya dengan Manhattan yang di New York. Nah, kekayaan sejarah ini yang perlu kita pertahankan. Selain itu, di kawasan Maluku juga banyak benteng-benteng dan bangunan peninggalan penjajahan yang bisa dikemas menjadi paket wisata," lanjutnya.
Doni juga mengatakan bahwa pengusaha hotel harus peka terhadap potensi wisata yang ada di kawasan hotelnya. Perlu konsep dan kemasan menarik yang merangkum semua elemen wisata untuk mendatangkan lebih banyak turis.
"Wilayah timur punya alam, laut, budaya dan sejarah beragam. jika dikonsep semenarik mungkin, ini akan membantu mendatangkan lebih banyak wisatawan datang ke Indonesia," tambahnya.
Dalam ungkapan penutupnya, Doni mengajak semua pihak terutama pengusaha hotel untuk selalu waspada dan update akan bencana alam tempat hotel-hotelnya dibangun. Ini demi kenyamanan dan keselamatan wisatawan dalam waktu jangka panjang.
"Bencana alam tidak untuk ditakuti, namun kita harus kenali dan tahu apa bencana yang mengancam di sekitar kita. Setelah itu buatlah strategi dan lakukan upaya penyelamatan. Kita tidak bisa menyalahkan alam, namun kita bisa beradaptasi," tutupnya. (bnl/fay)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum