Ada sejumlah puluhan ribu penumpang yang akan ke Indonesia tapi harus transit di beberapa lokasi. Nah keberadaan maskapai LCC ini jadi pilihan utamanya.
"Faktor niche market berperan penting dalam menentukan destinasi yang akan dibuka. Dibandingkan dengan membuka rute ke negara tetangga di ASEAN lainnya yang sudah banyak kompetitornya. Di sini Citilink disambut dengan baik bagai primadona, semua Kementerian di Kamboja datang," kata VP Corporate Strategy Citilink Indonesia Heriyanto di Kamboja, Jumat (21/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Citilink mengaku optimis dengan pembukaan rute penerbangan langsung Jakarta-Phnom Penh ini. Menurut staf Citilink yang lain, dulu ada penerbangan Garuda Indonesia ke Phnom Penh, namun itu sudah berlalu puluhan tahun yang lalu, yakni berkisar 50 tahun lamanya.
"Kita mesti optimis tiap kali buka. Data kita di tahun 2017 itu ada 75.000 orang yang nggak langsung. Kata Dubes Sudirman Haseng itu tumbuh 30 persen orang Indonesia pada waktu itu," Jelas Heriyanto.
"Nah kita berharap. Target tahun ini, paling nggak 3 kali seminggu bisa stabil. Maksudnya marketnya bisa bener-bener stabil lah. 75-76 persen keterisian kursi," tegas dia menambahkan.
Jadi primadona bukan tanpa risiko. Citilink mengaku ada pertaruhan yang lumayan besar di rute barunya, namun ia punya ruang gerak yang lebih lebar.
"Memang pertaruhan yang lumayan tinggi juga. Tapi paling nggak di sini kita jadi primadona. Karena jadi niche market kita punya ruang gerak yang lumayan lebar di sini," jelas Heriyanto.
Dijelaskan dia, Airline di Kamboja tak seperti di Indonesia, yakni masih kecil. Bahkan, flag carrier atau maskapai utama di sana hanya memiliki 4 pesawat ATR.
"Internasionalnya hanya ke Thailand dan Vietnam," kata Heriyanto. (msl/aff)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol