Hal itu pun diungkapkan dalam riset terbaru Amadeus, satu dari 10 besar perusahaan teknologi yang bergerak dalam sistem distribusi global (Global Distribution System) dalam perbincangan dengan sejumlah rekan media di kantornya, UOB Building, Jakarta, Senin (24/6/2019).
Menurut GM Amadeus untuk Indonesia, Andy Yeow dalam paparannya, traveler dunia tak terkecuali Indonesia akan mengalami perubahan tren traveling. Dari yang dahulu masih konvensional, mulai bergeser ke online dengan bantuan teknologi walau tak sepenuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, pergeseran tren traveling dari yang tadinya tradisional ke online tak serta merta terjadi begitu saja. Dijelaskan oleh Andy, baik retail atau pun OTA perlu bersinergi untuk menawarkan pengalaman traveling terbaik bagi pelanggannya.
"Pemandu wisata (retail) masih penting bagi traveler dan belum tergantikan oleh teknologi online. Retail harus bisa meningkatkan kualitas pemandu wisata," ujar Andy.
Kehadiran teknologi yang kian memudahkan perjalanan traveler pun tidak otomatis mematikan retail yang mungkin masih bersifat tradisional. Unsur sentuhan manusia atau human touch yang bersifat personal masih menjadi komponen penting dalam suatu perjalanan.
"75% konsumen menghendaki interaksi dengan manusia di masa depan," ujar Andy mengutip data PhoCusWright tahun 2018.
Lebih lanjut Andy menekankan, kalau teknologi tidak dibuat untuk menggantikan manusia. Namun, teknologi didesain untuk menghadirkan pengalaman yang lebih personal dan manusiawi.
(sna/fay)
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya