Hadirnya ponsel canggih menawarkan perubahan dalam banyak aspek, tak terkecuali di bidang wisata atau travel. Malah tak sedikit pelaku wisata atau travel agent tradisional yang harus karam di tengah hadirnya online travel agency di Indonesia.
Keberlangsungan biro perjalanan konvensional atau retail serta korelasinya itu pun turut dibahas dalam riset terbaru Amadeus, satu dari 10 besar perusahaan teknologi yang bergerak dalam sistem distribusi global (Global Distribution System).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Retail masih hidup sekarang, tapi tak sedikit yang hilang. Beberapa masih bertahan dari insentif (perjalanan perusahaan-red), tapi itu tak selalu menjanjikan. Mereka harus berubah sekarang," ujar Andy.
Hadirnya teknologi online yang mulai merambah pasar wisata dan dunia travel tak seharusnya selalu dianggap sebagai ancaman. Pelaku jasa wisata konvensional pun dituntut untuk bebenah diri dan mengikuti kemajuan teknologi.
"Sekaranglah waktunya bagi retail (travel agent). Para milenial akan lebih banyak traveling dan terhubung dengan internet. Carilah cara bagaimana menghubungkan teknologi dan retail secara berbarengan," ujar Andy.
Andy melihat, bahwa pelaku wisata tradisional masih banyak yang belum terhubung dengan teknologi dalam pendekatannya. Di satu sisi, penyedia jasa wisata tradisional masih punya peluang untuk bertahan menghadapi para online travel agent atau OTA.
Penyedia jasa wisata harus bisa mengadopsi teknologi serta melatih pemandu wisata dan pengguna untuk menciptakan sentuhan yang lebih personal. Termasuk juga menggandeng penyedia teknologi yang tepat.
"Penyedia jasa wisata tak akan hilang, tapi penyedia jasa wisata yang membosankan iya," tutup Andy. (rdy/fay)
Komentar Terbanyak
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
Israel Serang Doha, Aktivitas Bandara Hamad Masih Lancar
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo