"Saya sering lewat sini tapi nggak tahu ini gedung apa," begitu celoteh salah satu teman penulis terhadap sebuah gedung di Jl Ampera, Jakarta Selatan.
Dewasa ini, banyak sekali yang tak mengetahui apa itu ANRI dan arsip. Di pikiran mereka, itu adalah barang tua dan ada di pojokan ruang berdebu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Agar pembangunan di masa depan lebih lengkap dan hebat muncullah konsep-konsep baru dari mempelajari arsip. Di situlah fungsi arsip sesungguhnya. Orang belum paham, umumnya menganggap barang tua dan di pojok, kayak informasi terkubur," jelas dia mengawali pembicaraan dengan tim detikcom beberapa waktu lalu.
Mari mengenal ANRI, lembaga ini sudah ada di zaman Belanda namanya Landarchief (1892). Pada saat masuknya Jepang tahun 1942-1945, namanya diubah menjadi Kobunshokan dan setelah masa kemerdekaan menjadi arsip negara hingga menjadi ANRI.
ANRI memiliki begitu banyak arsip yang jika dijejer sejauh 30 kilometer. Arsip yang paling banyak di lembaga ini berasal dari era penjajahan dan ANRI kesulitan membacanya karena berbahasa Belanda kuno.
"Kita ini di era teknologi informasi dan globalisasi. Kita punya banyak file, berupa kertas, peta atau kartografi kaset, rekaman suara, audio dan video. Paling banyak arsip di Hindia-Belanda," kata Taufik.
![]() |
"Banyak arsip dahulu berbahasa Belanda kuno dan kita punya kendala tak bisa membacanya. Tapi kita upayakan mengelola menjadi informasi ke masyarakat bagaimana itu diterjemahkan dan dikirimlah teman-teman kami sekolah ke Belanda," imbuh dia menerangkan.
Belum tuntas di arsip Hindia-Belanda, ANRI juga harus mengelola arsip kemerdekaan. Namun, kata dia, arsip-arsip ini belum lengkap karena masih dimiliki perorangan dan belum diserahkan ke pemerintah atau ANRI.
"Soal jumlah kami sudah banyak sekali. Masuklah kita merambah ke koleksi kemerdekaan. Itu pun tidak lengkap karena kesadaran yang belum tumbuh maksimal dari masyarakat. Seharusnya mereka menyerahkan ke kami oleh UU, akhirnya ada yang hilang dan tidak ditemukan," jelas dia.
ANRI bekerja tiap hari untuk mengawetkan dan menjaga arsip. Semua file digandakan ke media digital dan itu pun tidak mudah.
![]() |
"Semua ada yang ada di sini mengalihkan ke media digital itu tidak mudah dan cepat karena kami banyak kendala teknis bahasa, fisik perlu diperbaiki, dan belum selesai," kata Taufik.
Masyarakat yang kurang sadar akan nilai keberadaann arsip juga dikhawatirkan oleh ANRI. Oleh karenanya, daripada arsip yang bernilai sejarah bangsa disimpan pribadi dan khawatir rusak akan lebih baik diserahkan ke ANRI untuk dijaga dan lestarikan.
"Marilah masyarakat kesadaran ini ditumbuhkembangkan untuk melengkapi koleksi yang ada di negeri ini. Kalau sudah ada di kita akan diselamatkan dan melestarikan arsip itu di penyimpanan kami. Kami olah semuanya," kata dia.
Perjuangan ANRI menjaga keberadaan arsip butuh dukungan dan kesadaran kita semua. Arsip-arsip yang dijaga dan amat vital di sini, antara lain naskah Proklamasi asli hingga Supersemar. detikcom akan mengupas sepak terjang ANRI, bagaimana mereka merawat dokumen negara dan bagaimana pariwisata bisa menjadi jembatan antara ANRI dan masyarakat Indonesia.
(msl/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol