Kata makmur itu dimaknai Wayan Bukti (70) sebagai kemudahan bekerja untuk lansia hingga rasa aman. Pedagang buah di Pasar Badung ini pun setuju jika Denpasar dinobatkan sebagai kota termakmur.
"Di sini berasa aman bagi nenek, bisa kita cari makan, cukup untuk makan," tutur Bukti saat berbincang dengan detikcom, Rabu (18/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ngalamin dua kali kebakaran di pasar ini, dagangan semua ludes terbakar. Dari tahun 80 sudah jualan di pasar, sejak diperbaiki ada peningkatan pembeli, sejak dibangun jadi bagus," cerita wanita asal Gianyar ini.
![]() |
Tak cuma Bukti, Suhardi (56) juga merasakan Denpasar jauh lebih menjanjikan untuk mencari rejeki dibandingkan kampung halamannya di Lombok Timur. Sebab, turis di kampung halamannya jauh lebih sedikit dibandingkan di Bali.
"Lebih gampang jualan di sini, di sana nggak ada turisnya. Saya dari Lombok Timur beda sama yang di Lombok Barat, turisnya lebih banyak ke barat. Jarang-jarang tamunya di kampung saya," ujar pedagang mainan ayam-ayaman itu.
Namun, Suhardi tak selalu memiliki kisah manis. Dia mengaku pernah ditipu pemborong dan tenaganya tak dibayar.
"Dulu pernah jualan baju, kaos, celana second tapi nggak menguntungkan. Dulu juga pernah ikut proyek, banyak yang kabur pemborongnya sering kurang bayar Rp 200-400 ribu makanya kemarin ditawarin kerja proyek masih (ragu)," tuturnya.
"Saya kalau ada uang Rp 200-300 ribu pulang, ini satu bulan tidak ada apa-apa cukup makan sama rokok aja. Kadang sampai nunggak kos untung yang punya ngerti," ujar bapak tiga anak ini.
![]() |
Sementara itu, I Gusti Ketut Agung (51) memiliki definisi makmur yang berbeda. Menurutnya selama tinggal di Bali semua orang bisa merasakan kemakmuran itu.
"Makmur itu kan harus kerja, kalau duduk-duduk ya nggak dapat uang, tapi kalau duduk-duduk dapat warisan lain ceritanya. Kita manusia kalau mau kerja pasti bisa," kata pecalang desa pakraman Denpasar itu.
Selain itu, dia menyebut warga bisa betah karena merasa aman, dan nyaman selama tinggal di Denpasar. "Warga di sini merasa aman, nyaman karena adat budaya menyatu kalau di Bali," tuturnya.
Dari survei REI ada enam indikator City Prosperity Index (CPI) yang diukur untuk menentukan kemakmuran suatu kota. Di antaranya produktivitas, pembangunan infrastruktur, kesetaraan dan inklusivitas sosial, kualitas hidup, keberlanjutan lingkungan, serta legislasi dan postur kelembagaan kota.
Denpasar sebagai kota paling makmur di Indonesia memperoleh skor 60,2% yang artinya masih masuk dalam kategori moderately solid. Belum ada kota-kota di Indonesia yang masuk pada kategori solid dan very solid.
Sementara Jakarta, menduduki peringkat ke-10. Skor yang didapat ibu kota Indonesia ini hanya 55%.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol