Menjelang Hari Batik Nasional pada 2 Oktober, Batik Trusmi menginisiasi kegiatan membatik buat pelajar. Total ada 2.832 pelajar yang ikut serta membatik dengan motif mega mendung di Batik Trusmi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Selasa (1/10/2019).
Menurut keterangan Senior Manager MURI Ariyani Siregar di lokasi, hasil verifikasi pihaknya ada menegaskan adanya pemecahan rekor dalam hal aktivitas membatik pelajar terbanyak. Rekor MURI sebelumnya adalah 2.500 pelajar membatik bersama pada 2016 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Selain mencatatkan rekor MURI, Ariyani mengatakan 2.832 pelajar membatik itu berhasil mencatatkan rekor dunia. "Karsa, karya, dan prestasi ini kami catat di MURI sebagai rekor dunia, urutan rekornya sebagai rekor ke-9.206," ucapnya.
Ibnu Riyanto selaku pemilik Batik Trusmi menyebutkan bahwa inisiasi dari pihaknya ini tidak lepas dari pandangan bahwa sebagai generasi penerus pelajar perlu dilibatkan dalam peringatan hari batik nasional demi menumbuhkan kecintaan.
Baca juga: Romantisme Budaya Antara Cirebon dan Amerika |
"Kita menggandeng pelajar karena pelajar itu masa depan. Kita berhasil memecahkan rekor, sekitar 2.800 pelajar yang ikut membatik. Antusiasnya luar biasa," kata Ibnu kepada awak media.
"Semoga mereka terbangun, kemudian memiliki kepedulian terhadapn batik. Memahami betapa sulitnya membatik. Semoga ikut melestarikan dan mencintai, utamanya membeli dan memakai batik," kata Ibnu.
Ibnu berharap kegiatan membatik bertajuk 'Mega Mendung untuk Negeri' itu bisa menghasilkan pengusaha batik di masa depan. Selain melestarikan batik secara umum, kegiatan kali ini memang demi menciptakan pengusaha batik di Cirebon.
![]() |
"Misal dari sekitar 2.800 pelajar ini 10 persennya meneruskan menjadi pengusaha, maka akan tercipta pulahan ribu tenaga kerja. Karena untuk satu kain batik itu dibutuhkan 15 tenaga kerja," kata Ibnu.
Lebih lanjut, Ibnu menyebutkan para pelajar yang ikut membatik berasal dari 17 sekolah, baik sekolah dasar maupun tingkat menengah pertama. Kegiatan membatik tersebut diharapkan bisa menimbulkan rasa kepedulian pelajar terhadap batik.
Sementara itu, Aby Rezky, salah seorang pelajar Sekolah Dasar (SD) yang mengikuti kegiatan ini mengaku awalnya kesulitan membatik. Tapi Aby lantas malah kian tertarik untuk belajar membatik.
"Ya, pertama kali. Susah, tidak rapi. Baru pertama kali. Pengin belajar lagi biar bisa membatik," kata pelajar SDN Galunggung Kota Cirebon itu.
(krs/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum