Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, Batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO, salah satu badan PBB yang mengurus hal terkait budaya.
Hal itu pun menegaskan, bahwa batik merupakan kekayaan budaya Indonesia yang telah diakui dunia. Namun, dalam prosesnya batik memiliki berbagai jenis dan kisahnya masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bertepatan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu (2/10/2019), detikTravel ingin mengajak traveler mampir ke Kecamatan Lasem di Renbang, Jawa Tengah yang terkenal akan budaya batik tulisnya.
Bicara batik tulis Lasem, tak terlepas dari peran serta kedatangan Laksamana Cheng Ho pada tahun 1413. Di mana tercatat dalam Babad Lasem karangan Mpu Santri Badra di tahun 1401 Saka ( 1479 M,) yang ditulis ulang oleh R Panji Kamzah tahun 1858.
Di dalam kapal Cheng Ho atau yang memiliki nama asli Dhang Puhawang Tzeng Ho dari Negara Tiong Hwa (China), turut serta Bi Nang Un dan istrinya Na Li Ni yang akhirnya terpesona akan Lasem dan memilih menetap di Lasem.
![]() |
Kembali ke masa sekarang, detikTravel pun sempat mewawancarai salah satu pecinta dan pelaku usaha batik tulis Lasem bernama Fransiska Anggraini atau akrab disapa Chika. Berawal dari perjalanannya ke Lasem, ia mendadak jatuh cinta dan kini giat mengenalkan batik lasem lewat akun Instagramnya yang bernama @awesomelasem.
"Mereka bangga lagi sama warisan nusantara. Kebetulan pemicunya itu aku ke Lasem November tahun lalu. Aku yang gak suka batik, baru appreciate batik pas ke Lasem karena warna-warnyanya kayak benar-benar oke banget. Mindblowing," ujar Chika.
Berawal dari kunjungan biasa, Chika pun mendadak memiliki ketertarikan dengan budaya batik tulis Lasem beserta para pengrajinnya. Malah, Chika jadi kerap memesan batik tulis dan mempopulerkannya pada teman-temannya di Jakarta.
"Tadi yang awalnya ke sana jadi berlanjut (kayak batik lo masih ada gak) jadi bolak-balik confirm ketersediaan barang sama pengrajinyya yang di sana. Jadi kita jadi sering ngobrol sering curhat sama masalah mereka lalu kepikiran awal tahun ini dikit-dikit memperkenalkan kalau batik bisa dipakai sehari-hari, gak mesti kondangan. Jadi lo bisa pakai sneaker lalu t-shirt. Aku pernah bikin tutorial batik yang ojek ready," cerita Chika.
![]() |
Kecintaan Chika akan batik tulis Lasem itu pun menjelma jadi akun Instagram @awesomelasem. Perlahan, Chika berhasil membuat teman-temannya mengapresiasi batik tulis Lasem. Harga batik tulis Lasem yang dimulai dari Rp 500 ribu hingga jutaan karya pengrajin lokal pun berhasil diterima dengan baik.
"AKu gak percaya kalau orang gak punya daya beli, tapi pasar aku target 500 ribu gak ada apa-apanya. Mereka beli baju Zara 500 ribu langsung gak pake nawar. Memang harus diedukasi dan kayaknya orang-orang ini belum aware sama batik Lasem. Yang aku tau mereka juga belum pernah lihat batik sekompleks ini, dengan warna-warni berani yang sesuai selera mereka bukan sogan-sogan Solo Yogya gitu," ungkap Chika.
Lebih lanjut, Chika pun kerap memadupadankan batik tulis lasem dalam penampilan kesehariannya. Hal itu pun jadi bukti, kalau batik tulis yang dihargai mahal tak hanya bisa dipakai saat kondangan atau hari besar saja.
"Jadi gak harus cuma ke kondangan, padahal di masa lalu batik separuh daily life orang-orang. Kita mau mengembalikan batik sebagai baju sehari-hari. Bukan yang dalam bentuk fashion, tapi jarik terutama batik tulis," terang Chika.
Itulah cerita Chika yang bergelut mengenalkan batik tulis Lasem dalam keseharian sehari-hari. Tak melulu terkesan oldschool atau lawas, toh nyatanya batik tetap menarik untuk dipakai dalam keseharian kita.
Ikuti terus detikTravel untuk cerita menarik tentang batik tulis Lasem lainnya. Oya, Selamat Hari Batik Nasional.
(rdy/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum