Momen Ular Raksasa Jadi Korban Karhutla Indonesia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Momen Ular Raksasa Jadi Korban Karhutla Indonesia

Putu Intan Raka - detikTravel
Minggu, 29 Des 2019 12:48 WIB
Foto: (Facebook/Johan Michael Median Pasha)
Jakarta - Kebakaran hutan di Indonesia pada 2019 ini tak cuma merugikan manusia tapi juga ekosistem hutan dimana ular jadi korbannya.

Dari rangkuman detikcom sepanjang 2019 ini, ada beberapa kasus kematian ular akibat kebakaran hutan (karhutla) yang viral.

Salah satunya adalah kematian ular piton langka saat kebakaran melanda hutan di Kalimantan Tengah. Ular ini disebut sebagai Tangkalaluk oleh warga setempat. Ia dianggap sebagai mahkluk astral lantaran sosoknya yang misterius dan jarang dilihat orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan legenda yang dipercaya masyarakat lokal, ular raksasa ini merupakan ular sungguhan yang nama spesiesnya adalah Malayophyton reticulatus. Ular yang masuk dalam keluarga Phytonidae itu panjangnya bisa mencapai 10 meter dengan berat hingga 180 kilogram. Ular ini bahkan menempati urutan kedua sebagai ular terbesar di dunia.

Dengan ukuran yang besar, ular ini juga butuh makanan yang banyak. Ia dapat memangsa babi hutan, rusa, sampai manusia. Berbeda dengan anaconda, ular piton menggigit mangsanya dan kemudian menelannya bulat-bulat setelah terlebih dulu meremasnya perlahan-lahan sampai mati.

Momen Ular Raksasa Jadi Korban Karhutla IndonesiaFoto: (Facebook/Johan Michael Median Pasha)


Ular piton jenis ini banyak ditemukan di wilayah Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Hutan Kalimantan pun jadi salah satu habitatnya. Namun sayang, akibat karhutla, rumah si ular ini sudah tak ada lagi.

Tak cuma itu, ada pula ular berkaki korban kebakaran hutan Riau yang sempat menghebohkan warga net. Saat itu, di media sosial beredar video yang memperlihatkan seekor ular mati dengan bagian putih yang mencuat layaknya kaki di bagian ekor. Video ini diketahui diabadikan di Kelurahan Sekip Hilir, Rengat, Kabupaten Indagiri Hulu pada pertengahan September 2019 lalu.



Namun menurut pegiat reptil, Panji Petualang, bagian yang dianggap sebagai kaki oleh warga net itu sebenarnya adalah alat reproduksi atau kelamin ular. Ular ini sendiri merupakan jenis king kobra jantan.

Selain berdampak pada musnahnya hutan dan kematian satwa seperti ular, karhutla juga merugikan sektor pariwisata. Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya mengatakan karhutla di Sumatera dan Kalimantan ini membuat promosi wisata di sana diturunkan.

"Dan semua promosi terkait dengan yang terkena, contoh Riau dan lain sebagainya itu segera kita turunkan," kata Arief pada medio September 2019 lalu.

Kala itu, Arief juga meminta Tour de Siak di Riau dibatalkan atau diundur.

"Karena kalau di sana kondisinya tidak memungkinkan, saya ingatkan teman-teman di Siak, Riau tidak bagus untuk longtermnya (jangka panjang). Jadi kalau memang tidak memungkinkan sebaiknya dibatalkan atau diundur dalam waktu yang akan diberitahukan selanjutnya," ucap Arief.

Tour de Siak adalah lomba balap sepeda berskala internasional yang pada 2019 ini memasuki kali ke-7 dalam penyelenggaraannya. Perlombaan tersebut seharusnya diikuti 13 tim dari 16 negara dan digelar pada 18-22 September 2019.

Momen Ular Raksasa Jadi Korban Karhutla IndonesiaFoto: (Facebook/Johan Michael Median Pasha)


Di mata pemerhati lingkungan dan satwa seperti Panji Petualang, kejadian karhutla yang melanda beberapa wilayah di Indonesia ini membuat miris.

"Miris ya, sedih karena hutan sangat kita butuhkan untuk banyak hal seperti udara, fungsinya sangat vital bagi manusia," katanya.

"Mirisnya adalah faktor penyebab kebakaran adalah pembukaan lahan dengan cara bakar. Intinya tak akan mudah memulihkan fungsi hutan," imbuhnya.

Berkaitan dengan hal itu, ia berharap agar kepedulian terhadap lingkungan menjadi lebih besar di masa depan.

"Harapan makin banyak orang sadar melestarikan alam, toh juga untuk kita juga bukan hanya untuk hewan. Yang menderita kan nantinya juga kita," ujar Panji.



Sepanjang 2019 ini, karhutla memang menjadi salah satu bencana terburuk di Indonesia. Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya ada 328.724 hektar hutan terbakar dengan 2.719 titik panas selama Januari hingga Agustus 2019.

Penyebabnya tak hanya musim kemarau panjang tetapi juga aktivitas pembukaan lahan perkebunan yang tidak terurus dan tidak bertanggung jawab. Para pekerja perkebunan dan hutan diduga menggunakan teknik tebang dan bakar untuk melenyapkan sejumlah sisa produksi.

Kebakaran yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan ini menyebabkan masalah cuaca yang serius baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Api dan asap yang meluas kala itu telah sampai ke Singapura dan Malaysia.

Kabut asap ini juga berdampak pada kesehatan manusia karena kualitas udara yang buruk. Hal ini menyebabkan sejumlah sekolah dan kantor diliburkan guna meminimalisir aktivitas masyarakat di luar rumah.





(aff/aff)

Hide Ads