Satu keluarga turis dari Inggris kena 'zonk' sewaktu liburan ke Mesir. Maunya mereka sih liburan mewah selama 2 minggu di Negeri Piramida. Tapi begitu sampai di hotel, rupanya sedang ada renovasi besar-besaran di hotel itu.
Dirangkum dari beberapa sumber, keluarga turis ini terdiri dari Paul (52), istrinya Linda (45), 2 orang anaknya yaitu Mark (17) dan Amy (20), serta pacarnya Amy bernama Joe (21).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari fotonya yang ada di internet sih, resortnya cantik sekali. Tidak ada tanda-tanda sedang dilakukan renovasi atau pembangunan apapun. Pun demikian dari pihak agen tur dan travel, tidak ada notifikasi apapun dari mereka.
![]() |
Sesampainya di lokasi hotel, betapa terkejutnya keluarga turis ini saat melihat ada alat-alat pertukangan dan juga puing-puing bangunan di hotel tersebut. Di malam pertama mereka menginap, pagi-pagi mereka dibangunkan oleh suara mesin-mesin tukang.
Saat membuka tirai kamar, mereka baru menyadari sedang berada di tengah-tengah area pembangunan. Staff hotel meyakinkan keluarga ini bahwa pembangunan itu akan selesai saat malam tiba. Tapi nyatanya, pembangunan masih berlanjut hingga hari berikutnya.
Di hari berikutnya, oleh pihak hotel mereka ditawari penggantian kamar, tapi keluarga ini menolak karena mereka takut Mark, anaknya yang menderita autisme merasa kecewa.
Di hari ketiga, keluarga ini sudah tidak tahan lagi dan meminta penggantian kamar ke pihak hotel. Permintaan itu disanggupi. Tapi sayangnya, selama 5 jam keluarga ini disuruh menunggu tanpa kejelasan. Koper-koper mereka juga dibiarkan begitu saja di luar kamar hotel.
![]() |
Setelah 5 jam, barulah ada staff hotel yang menjemput mereka dan mengantarkan ke kamar baru. Tak berhenti sampai situ, derita keluaga ini bertambah ketika di malam hari, dari kamar mereka terdengar musik DJ yang diputar keras-keras.
Suara ini berasal dari pesta pantai yang digelar di sana. Saking kerasnya suara musik sampai membuat kaca dan dinding kamar bergetar. Mark yang menderita autis sampai ketakutan dan bersembunyi di balik selimut.
Keluarga ini pun protes kepada pihak hotel. Oleh pihak hotel, mereka diberikan sesi pijat sebagai permintaan maaf. Tapi nyatanya, sewaktu akan check out, paket pijat ini dibebankan sebagai tagihan kepada keluarga Paul.
Baca juga: Gaya Lawas UAS di Depan Piramida |
Keluarga Paul pun protes ke TUI yang menjual paket liburan itu. Oleh TUI, mereka diberi kompensasi voucher senilai 400 Poundsterling (setara Rp 7,1 jutaan). Padahal, untuk liburan penuh derita itu, Paul merogoh kocek sampai 7.000 Poundsterling (setara Rp 124 jutaan).
"Kami tidak akan pernah memesan liburan dari TUI lagi. Apa yang mereka tawarkan tidak akan menutup biaya satu orang dari kami. Kami adalah pelanggan TUI, tapi mereka tidak peduli sama sekali dengan kami," ketus Linda.
Sementara itu, pihak TUI menanggapi masalah ini dan akan berusaha sebaik mungkin untuk memberikan kompensasi yang layak untuk keluarga Paul.
"Kami sungguh menyesal atas pengalaman yang dialami keluarga Linda. Perwakilan kami sudah melakukan yang terbaik untuk mengatasi masalah ini, kami juga menawarkan kompensasi yang layak sebagai tanda komitmen kami," ujar juru bicara TUI seperti dilansir dari The Sun.
(wsw/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan