Pariwisata Thailand Ambyar, Gajahnya Kelaparan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pariwisata Thailand Ambyar, Gajahnya Kelaparan

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 02 Apr 2020 07:30 WIB
A herd of Asian Elephants are protectively a newborn elephant calf in the plain of Kui Buri National Park, Prachuap Khiri Khan, Thailand.
Ilustrasi gajah Thailand (Foto: iStock)
Bangkok -

Pandemi Corona telah membuat pariwisata Thailand terpukul. Negara Gajah Putih itu tak hanya kehilangan pendapatan untuk warganya, tetapi gajah-gajah yang jadi tulang punggung wisata juga ikut kena imbas hingga kelaparan.

Dilaporkan BBC, tak adanya wisatawan yang memadati tempat wisata di Thailand membuat pengurus gajah kesulitan memberi makanan yang cukup. Padahal, mereka memiliki 4.000 gajah di sana.

Sekali makan, gajah akan kenyang setelah melahap makanan seberat 200 kilogram per hari. Tak ada pemasukan dari tiket turis, sulit bagi kebun binatang untuk menyediakan makanan dengan porsi jumbo itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gajah-gajah itu bahkan dibayangi kematian karena kurang makan.

"Jika tidak ada bantuan untuk menjaga mereka tetap aman, gajah-gajah ini, termasuk beberapa di antaranya sedang hamil, akan kelaparan lalu mati atau terpaksa turun ke jalan untuk mencari makanan," ujar pendiri Save Elephant Foundation, Lek Chailert.

ADVERTISEMENT

Bantuan dana boleh dibilang menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan gajah-gajah tersebut. Sebab, opsi agar mereka tetap bisa makan sudah dilarang.

Chailert mengemukakan alternatif itu adalah dengan menjual gajah-gajah itu ke kebun binatang atau dikembalikan ke bisnis illegal logging (gajah dijadikan alat membabat hutan) yang sudah dilarang sejak 1898.

"Prospeknya sangat suram kecuali kami segera menerima bantuan keuangan," ujar Chailert.

Kondisi ini juga diperparah dengan musim kering yang saat ini terjadi di Thailand.

Sementara itu, pemilik Suaka Gajah Kindred Spirit di Mae Chaem, Thailand Utara, Kerri McCrea mengatakan, penduduk desa yang tinggal dekat suaka itu telah memulangkan sekitar 70 ekor gajah ke suaka miliknya karena mereka tak mendapatkan uang dari pariwisata.

"Memberi makan gajah adalah prioritas tetapi masalahnya, tidak ada cukup hutan lagi yang dapat memberikan mereka makanan," kata McCrea.

McCrea yang berasal dari Irlandia Utara itu sampai harus berkendara selama tiga jam demi mencari rerumputan dan jagung untuk makanan gajah di suaka miliknya. Ia bilang pengurus gajah lainnya melakukan hal yang sama dengannya.

Saat ini, gajah-gajah tampak mengalami depresi. McCrea menjelaskan, jika gajah itu senang, mereka akan mengayunkan ekornya atau mengepakkan telinganya. Mereka juga akan mandi debu agar menjaga tubuhnya tetap dingin. Akan tetapi saat ini gajah-gajah itu kelaparan dan tak melakukan hal-hal tadi.

"Skenario terburuknya adalah para pemilik gajah ini harus memilih antara dirinya sendiri atau gajah-gajah miliknya. Orang-orang di sini tak punya banyak uang, tetapi mereka berusaha agar gajah-gajah tetap hidup saat ini," kata McCrae.

Thailand merupakan negara di Asia Tenggara yang menggantungkan roda perekonomian dari pariwisata. Bidang ini bahkan menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Namun akibat wabah Corona, mereka terpaksa menutup gerbang negara dari turis-turis asing dan melakukan lockdown. Jumlah kasus Corona di sana telah mencapai 1.651 per Senin (30/3).


Hide Ads