Pelopor! Shenzhen Larang Warga Makan Anjing dan Kucing

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pelopor! Shenzhen Larang Warga Makan Anjing dan Kucing

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 03 Apr 2020 06:20 WIB
larangan makan daging anjing dan kucing
Ilustrasi penjualan daging anjing dan kucing. iStock/Shanghaiist
Shenzhen -

Salah satu kota di China, Shenzhen, menjadi pelopor yang melarang warganya mengonsumsi kucing dan anjing. Keputusan itu diambil setelah berkaca kepada wabah virus Corona.

Virus Corona diduga ditularkan ke manusia dari hewan. Pasien awal Covid-19 itu disebut-sebut merupakan orang-orang yang terpapar di pasar satwa liar di pusat kota Wuhan. Pasar itu menyediakan kelelawar, ular, musang dan hewan lainnya.

Penyakit tersebut telah menginfeksi lebih dari 935.000 orang di seluruh dunia dan membunuh sekitar 47.000 di antaranya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah tersebut sebagai pandemi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkaca situasi itu, pemerintah China pun bakal melarang konsumsi daging kucing dan anjing. Kebijakan itu berlaku mulai 1 Mei 2020.

"Anjing dan kucing, sebagai hewan peliharaan, memiliki hubungan lebih erat dengan manusia ketimbang semua hewan lain. Larangan mengonsumsi anjing dan kucing serta hewan peliharaan lainnya merupakan praktik lumrah di negara-negara maju dan di Hong Kong dan Taiwan," kata pemerintah kota itu dalam pesan yang diunggah pada hari Rabu (1/4/2020) dan dikutip Reuters sehari kemudian.

ADVERTISEMENT

"Larangan ini juga menanggapi permintaan dan semangat peradaban manusia," pengumuman itu menambahkan.

Badan legislatif China lebih dulu menyatakan larangan perdagangan dan konsumsi hewan liar. Itu dikemukakan pada Februari 2020.

Pemerintah provinsi dan kota di seluruh negeri mulai menyosialisasikan keputusan tersebut. Tetapi, Shenzhen merupakan kota yang secara eksplisit menyebut melarang konsumsi kucing dan anjing.

Liu Jianping, petinggi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Shenzhen, mengatakan cukuplah bagi warga untuk mengonsumsi unggas, ternak, dan makanan laut.

"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa satwa liar lebih bergizi daripada unggas dan ternak," kata Liu seperti dikutip oleh media pemerintah, Shenzhen Daily.

Sebelum mengumumkan larangan mengonsumsi anjing dan kucing, pemerintah Shenzhen sempat melarang warga untuk makan kura-kura dan katak, namun aturan itu memicu kontroversi. Dalam prosesnya mereka merevisi aturan itu dan tetap mengizinkan kura-kura dan katak untuk dikonsumsi.

Kampanye kota untuk menghentikan makan satwa liar telah mendapat pujian dari kelompok-kelompok pecinta hewan.

"Shenzhen adalah kota pertama di dunia yang menganggap serius pelajaran dari pandemi ini dan membuat perubahan yang diperlukan untuk menghindari pandemi lain," kata Teresa M. Telecky, wakil presiden departemen satwa liar Humane Society International.

"Langkah berani Shenzhen untuk menghentikan perdagangan dan konsumsi satwa liar ini adalah model yang ditiru oleh pemerintah di seluruh dunia," dia menegaskan.




(fem/ddn)

Hide Ads