Maskapai Redup di Tengah Corona, 25 Juta Pekerja Terancam PHK

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Maskapai Redup di Tengah Corona, 25 Juta Pekerja Terancam PHK

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Jumat, 10 Apr 2020 19:15 WIB
Ilustrasi pesawat
Foto: iStock
Jakarta -

Pandemi corona turut membuat redup industri penerbaangan. Apabila terus berlangsung, sekitar 25 juta pekerjanya terancam kena PHK.

Spekulasi itu pun dibahas oleh Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau IATA dalam press releasenya. Dilansir detikcom dari situs resminya, Jumat (10/4/2020), akan ada trend pemecatan besar-besaran di industri penerbangan terkait corona.

Menurut IATA, hingga saat ini ada sekitar 65,5 juta orang di dunia yang tergantung pada industri penerbangan. Termasuk juga di dalamnya sektor travel dan pariwisata. Sekitar 2,7 juta di antaranya adalah orang yang bekerja di industri penerbangan global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat trend lockdown yang diterapkan sejumlah negara selama tiga bulan belakangan ini, IATA memperkirakan bahwa ada sekitar 25 juta pekerja di industri penerbangan dan terkait yang tengah berada di ujung tanduk.

Secara teknis, angkanya adalah 11,2 juta pekerja di Asia Pasifik, 5,6 juta pekerja di Eropa, 2,9 juta pekerja di Amerika Latin, 2 juta pekerja di Amerika Utara, 2 juta peekrja di Afrika dan 0,9 juta pekerja di Timur Tengah yang akan terdampak oleh penurunan di industri penerbangan dan sektor terkait secara global.

ADVERTISEMENT

Masih dalam skenario yang sama, maskapai diprediksi akan mengalami penurunan revenue sepanjang tahun sejumlah USD 252 milyar di tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Kuarter kedua tahun ini diperkirakan akan sangat vital. Prediksi terburuk, akan ada penurunan sekitar 70% dan uang tunai yang dibakar hingga USD 61 miyar.

"Tak ada kata yang dapat menggambarkan kerugian dahsyat akibat COVID-19 pada industri penerbangan. Kerugian ekonomi itu akan dibagi pada 25 juta orang yang bekerja pada industri terkait. Nasib maskapai sekarang sedang kritis," ujar Ketum dan CEO IATA, Alexandre de Juniac.

Selain meminta bantuan ekonomi dan keringanan aturan pada Pemerintah di berbagai negara, pihak maskapai di bawah IATA diharap untuk segera bangkit dan bersiap kembali apabila pandemi corona telah usai.

Saat ini, pihak IATA dan maskapai yang bernaung di bawahnya hanya bisa memantau pergerakan tiap negara dan mencari solusi atau jalan tengah dengan semua pihak.

"Maskapai akan terus mencoba menghubungkan dunia, dan kami akan melakukannya lewat aneka model bisnis. Tapi, proses industri akan butuh waktu untuk beradaptasi. Kami harus segera mengerjakan ini dengan cepat. Sekitar 25 juta pekerja yang berada di ujung tanduk sangat bergantung pada efisiensi yang dilakukan industri," tutup Juniac.




(rdy/rdy)

Hide Ads