Kuda Nil Warisan Gembong Narkoba Jadi Masalah di Negara Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kuda Nil Warisan Gembong Narkoba Jadi Masalah di Negara Ini

Bonauli - detikTravel
Selasa, 14 Apr 2020 07:12 WIB
Kuda nil di Senegal
Foto: AFP Photo/Tony Karumba)
Bogota -

Kolombia mengimpor secara ilegal Kuda Nil di tahun 1980-an. Kini, negara itu kerepotan dengan kawanan kuda nil itu.

Bukan pemerintah yang mendatangkan kuda nil dari negeri asalnya, Afrika, waktu itu. Adalah Pablo Escobar, salah satu bandar narkoba ternama di Kolombia.

Escobar menyelundupkan beberapa binatang eksotik untuk mengisi kebun binatang pribadinya seluas 20 km persegi. Ia membawa kuda nil, kijang, gajah, jerapah, burung unta, badak, zebra dan hewan lainnya.

Saat Escobar meninggal pada tahun 1993, ia pun mewariskan kebun binatangnya yang berada di timur Kota Medellin itu. Seluruh hewan, termasuk yang berukuran besar, gajah dan badak, diangkut ke kebun binatang pemda, tapi kuda nil dinilai terlalu merepotkan untuk dipindahkan.

So, satu pejantan kuda nil dan empat betina kuda nil itu dibiarkan tinggal di dekat danau bekas rumah Escobar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Awalnya, penduduk di sepanjang Sungai Magdalena di Kolombia Utara terkejut dengan kuda nil tersebut. Kok bisa kuda nil yang bukan hewan peliharaan dan asli Kolombia bisa bebas berkeliaran di tempat umum. Tapi, lama-lama mereka terbiasa.

Seiring berjalannya waktu, jumlah kuda nil itu bertambah. Pada 2007, kuda nil telah menjadi 16 ekor.

Kuda nil itu mulai memperluas jangkauan area mencari makan. Mereka mulai masuk ke kebun-kebun warga dan menyerang ternak.

Kini diperkirakan ada 65-80 ekor kuda nil yang berkeliaran di Medellin. Sebagian dari mereka ada yang masih bertahan hidup di dekat istana Escobar, sedangkan yang lain tersebar hingga 250 km.

Dulu sempat ada pagar pembatas. Namun kin,i tak ada yang bisa menahan gesekan dari kuda nil ini.

Ahli biologi Universitas California San Diego, Jonathan Shurin mengatakan bahwa kuda nil sangat berdampak pada ekosistem negara tersebut. Kuda nil telah mengubah keseimbangan nutrisi di beberapa danau lokal.

Hasilnya, danau-danau tersebut mengalami blooming algae atau kelebihan nutrien yang menyebabkan racun. Sehingga, spesies asli danau tersebut terancam.


Itu terjadi karena kuda nil makan dan buang kotoran di dalam danau. Sehingga ekosistem air tawar terganggu.

Rata-rata, seekor kuda nil memiliki berat 1,5 ton. Saat siang, mereka akan berendam di dalam air danau agar tidak kepanasan.

Pada malam harinya, kuda nil akan aktif untuk mencari makan. Mereka akan makan tumbuhan apa saja yang ada di dekat mereka. Dalam prosesnya, kuda nil akan membuang semua kotorannya ke dalam air.

Jika ada 80 kuda nil liar yang buang kotoran ke dalam danau, maka jumlah itu setara dengan besar buangan pabrik.

"Kotoran yang bersifat organik tersebut akan mebuat bakteri dan ganggang di danau tumbuh subur. Pertumbuhan yang berlebihan akan menguras semua oksigen dari air dan mencegah sinar matahari mencapai lapisan dalam. Ini dapat menyebabkan masalah bagi organisme lain," ujar Shurin.

Jika Afrika yang kering membantu pengendalian populasi kuda nil, maka Kolombia adalah negeri impian. Negeri ini memiliki lahan basah yang sempurna untuk para kuda nil.

Setiap tahunnya, seekor kuda nil betina bisa melahirkan satu anak. Kalau di Afrika mereka harus berumur 7 tahun untuk berkembang biak, keadaan Kolombia yang subur mempercepatnya menjadi 3 tahun.

Meski menjadi salah satu hewan paling mematikan di Afrika, namun sampai saat ini Kolombia tak memiliki catatan kematian warga yang diserang kuda nil.

"Dalam beberapa dekade mendatang, mungkin ada ribuan kuda nil yang lahir," ujar Shurin.

Kemungkinan akan ada 150 kuda nil pada akhir dekade ini. Sehingga ini akan mengkhawatirkan keseimbangan ekosistem air tawar di Kolombia.


Hide Ads