Pemerintah Jepang telah memesan lebih dari 210.000 kamar hotel yang tersebar secara nasional untuk mengakomodasi masyarakat yang memiliki gejala Corona ringan dan pasien tanpa gejala Corona. Dari seluruh kamar hotel yang dipesan, Menteri Revitalisasi Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura menyampaikan bahwa pemerintah telah menyelesaikan kontrak untuk 6.000 kamar.
Dilansir dari Japan Today, Rabu (22/4/2020) Nishimura juga mengatakan, pemerintah telah menerima 120.000 masker dari sejumlah perusahaan. Masker ini akan didistribusikan untuk tenaga medis di rumah sakit yang sebelumnya sempat mengalami kekurangan masker.
Langkah-langkah penanggulangan Corona ini dilakukan usai jumlah kasus positif Corona di Jepang telah mencapai 11.000 kasus, termasuk 700 di antaranya adalah penumpang kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di dekat Tokyo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai hari Minggu (19/4), terjadi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi Corona yakni 107 orang. Dengan demikian, jumlah kasus di Tokyo sendiri telah mencapai 3.000 kasus. Jumlah ini merupakan yang tertinggi dibandingkan 47 prefektur lainnya di Jepang.
Sebelumnya pada Kamis (16/4) Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, telah mengumumkan memperluas status keadaan darurat di luar Tokyo yang mencakup Osaka, dan 5 prefektur lainnya untuk mencegah penyebaran Corona dan kelelahan dari tenaga medis.
Berkaitan dengan hal itu, pemerintah akan memberikan bantuan tunai sebesar 100 ribu yen (sekitar Rp 14,5 juta) untuk seluruh warga. Ia juga menyetujui perombakan anggaran negara tahun ini sebelum diajukan kembali ke parlemen.
Penetapan keadaan darurat di Jepang tidak sama dengan pemberlakuan lockdown. Hanya, pergerakan orang menjadi lebih dibatasi.
Sebelumnya Jepang hanya menetapkan Tokyo dalam kondisi darurat namun gubernur masing-masing prefektur mulai mendesak pemerintah pusat untuk memberlakukan keadaan darurat juga di wilayah mereka untuk mencegah penyebaran Corona.
"Saya memutuskan untuk menempatkan semua prefektur di bawah keadaan darurat untuk mengekang infeksi di daerah masing-masing dan terutama untuk menjaga pergerakan orang secara minimum saat liburan Golden Week," ujar Abe sebagaimana diwartakan Kyodo.
"Untuk mengakhiri situasi darurat pada 6 Mei, sangat penting bagi orang untuk mengurangi kontak dengan orang lain setidaknya 70 persen dan hingga 80 persen," katanya.
Bisanya banyak orang Jepang pergi ke kota asal mereka dan melakukan perjalanan selama liburan Golden Week yang berlangsung dari akhir April hingga awal Mei. Periode liburan tahun ini akan berakhir pada 6 Mei.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!