Masyarakat Mentawai masih mempertahankan budaya lokal Indonesia. Sebagai warga Indonesia kita patut bangga dengan kelestarian budaya yang masih terjaga.
Travel influencer yang hobi surfing dan diving, Gemala Hanafiah membagikan cerita perjalanannya saat menuju Mentawai. Dia sangat kagum dengan keindahan budaya walaupun ada beberapa kendala saat menuju ke Simatalu, desa pedalaman Mentawai, Siberut, Sumatera Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Mentawai budayanya keren banget, jadi ke Mentawai dulu di 2008 awalnya, segala keterbatasan komunikasi, kita bawa telepon satelit yang lupa diaktifin di Jakarta. Pas sampai di sana telepon satelitnya nggak bisa diaktifkan, nggak tahu kenapa," kata Gemala saat diwawancarai melalui IG Live detikcom.
Dengan alat komunikasi yang tidak berfungsi, Gemala dan tim akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke desa pedalaman. Perjalanan Gemala yang harusnya hanya satu minggu menjadi 18 hari.
"Karena nggak bisa kasih kabar, akhirnya kita jalan terus, sampai ketemu desanya, sampe tinggal bareng sukunya untungnya punya penerjemah jadinya kita nggak dipanggang," kata Gemala kemudian tertawa.
![]() |
Saat itu, Gemala melihat masyarakat setempat menggunakan bahasa isyarat. Perjalanan semakin berkesan kala Gemala bertemu dengan Sikirei, orang pintar yang dipercaya bisa menjadi perantara manusia dan roh.
Suku pedalaman Mentawai sangat menyatu dengan alam. Mereka benar-benar hidup seadanya.
"Gaya hidupnya juga wah gila menyatu dengan alam. Mereka nggak perlu baju, penuh tato, terus rumahnya juga beneran yaudah seadanya aja. Kadang dinding rumah pun nggak perlu. Mereka ngolah makannya juga seadanya, nggak pakai bumbu," tutur Gemala.
Tahun lalu, Gemala berkesempatan untuk kembali mengunjungi Mentawai, namun di daerah yang lebih terjangkau. Ternyata, masyarakat di sana masih mempertahankan budaya mereka.
"Jadi saya menyimpulkan kalau satu budaya yang sulit itu bisa bertahan kalau ada tuntutan ada penontonnya (atraksi) bisa jadi duit, itu akan dipertahankan, karena berapa persen sih orang Mentawai yang mau tato seperti itu, itu kan alami banget," kata Gemala.
Banyaknya turis-turis asing yang datang ke Mentawai, membuat salah satu Sikirei yang ditemui Gemala tak bisa berbahasa Indonesia dan justru menggunakan bahasa Inggris atau Prancis. Banyak turis yang datang untuk surfing ingin melihat budaya pedalaman Indonesia.
"Kita bisa lihat di situ yang datang ke sana yang berkunjung ke Dusun Sikirei itu orang luar orang, orang surfing yang mau lihat budaya Indonesia dan karena itu budayanya masih lestari," kata Gemala.
Bahkan putra daerah setempat berkesempatan memperkenalkan budaya Mentawai ke luar negeri. Memang budaya Indonesia patut dibanggakan. Dari Suku Mentawai, kita bisa belajar bahwa mereka bisa hidup sederhana, seadanya dan tetap bahagia.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!