Wisatawan yang akan ke Dieng diimbau untuk tetap mengikuti protokol kesehatan. Sebab, munculnya embun es di dataran tinggi Dieng bisa menjadi daya tarik wisatawan, meskipun obyek wisata masih tutup.
Kepala UPT Pengelolaan Obyek Wisata Dieng, Banjarnegara Aryadi Darwanto mengatakan hingga saat ini obyek wisata di dataran tinggi Dieng masih tutup. Namun, berkaca pada tahun sebelumnya, embun es menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.
"Pada dasarnya kami tidak bisa mencegah orang untuk ke Dieng. Meskipun sampai sekarang obyek wisata di Banjarnegara masih ditutup, termasuk yang ada di Dieng. Tetapi biasanya munculnya embun es ini membuat wisatawan penasaran," jelasnya saat dihubungi detikcom, Jumat (12/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengingatkan kepada wisatawan selain menyiapkan pakaian hangat, juga tetap memperhatikan protokol kesehatan. Seperti memakai masker dan jaga jarak.
"Walaupun masih tutup, kalau mau ke Dieng tetap memakai masker dan jaga jarak. Hal ini dilakukan demi kesehatan dan keselamatan bersama," imbaunya.
Seperti diberitakan sebelumnya, suhu udara di Dieng pada Jumat (12/6/2020) pagi turun hingga minus 2 derajat. Hal ini membuat embun yang ada di rumput dan daun membeku. Lalu apa analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)?
Kepala Stasiun Geofisikia BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie mengatakan embun upas adalah fenomena yang terjadi di wilayah dataran tinggi Dieng dengan topografi pegunungan di atas 2.000 meter dari permukaan laut. Embun es biasanya terjadi antara Bulan Mei sampai Agustus saat musim kemarau.
"Sekarang di wilayah Jawa Tengah sebagian sudah masuk musim kemarau. Ini ditandai dengan menguatnya angin timuran. Hal ini mengakibatkan sedikitnya uap air yang terbentuk meskipun hanya sedikit yang berkurang dari kondisi normal," kata Setyoajie.
Ia juga menjelaskan, berdasarkan citra satelit himawari-8 pada kanal water vapour, Jumat (12/6/2020) pukul 14.00 WIB terlihat intrusi kering dari Australia kuat di wilayah Jawa Tengah. Hal ini mengakibatkan berkurangnya uap air dan membuat pembentukan awan berkurang hingga tidak terbentuk awan.
"Dengan tidak terbentuk awan, outgoing solar radiation dari gelombang panjang permukaan bumi menjadi tinggi. Selain itu outgoing solar radiation yang tinggi juga menyebabkan suhu udara turun drastis sehingga pada dini hari suhu dapat mencapai di bawah titik beku," paparnya.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol