Pemda DIY telah mengembangkan aplikasi Jogja Pass untuk pendataan ID secara digital di kawasan wisata. Namun para petugas masih beradaptasi dengan aplikasi ini.
Di Kaliurang, misalnya, mulai hari ini sudah melakukan ujicoba penerapan aplikasi. Petugas pos retribusi Kaliurang pun harus mulai beradaptasi dengan aplikasi yang diberi nama Jogja Pass.
"Ya ini harus beradaptasi lagi " kata Fahrudin (53) petugas pos retribusi Kaliurang saat ditemui di gerbang masuk Kaliurang, Pakem, Sabtu (4/7/2020).
Dia menjelaskan Pemda DIY sudah memberikan panduan untuk penggunaan aplikasi. Petugas hanya perlu mempelajarinya.
Fahrudin mengatakan dibanding dengan mencatat manual, pencatatan menggunakan aplikasi jauh lebih cepat.
"Jauh lebih cepat dari mencatat manual. Tapi ya harus beradaptasi karena baru hari ini menggunakan," katanya.
Kendati demikian, dia khawatir jika nantinya saat banyak wisatawan, justru penggunaan aplikasi ini membuat penumpukan kendaraan di TPR.
"Yang jelas nanti kendalanya kalau masalah pengunjung di saat liburan sekolah ramai kalau terlalu lama nanti bisa menimbulkan antrean," jelasnya.
![]() |
Lebih lanjut, dia mengungkapkan kunjungan wisatawan di Kaliurang masih terbilang sepi. Dia pun menyadari hal ini karena efek pandemi Corona. Selain itu, kawasan Kaliurang masih dalam masa uji coba terbatas sejak 1 Juli lalu.
"Selama masa uji coba ini pengunjung masih sepi. Tidak sampai ratusan cuma puluhan. Dari pemerintah juga belum menarik retribusi," ujarnya.
Diwawancarai di lokasi yang sama, Kepala Diskominfo DIY Rony Primanto Hari menjelaskan aplikasi untuk pendataan ID digital itu bernama Jogja Pass. Aplikasi itu sebelumnya bernama Cared+ Jogja yaitu semacam ID digital bagi warga DIY dan luar DIY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ID digital dalam bentuk QR Code ini akan ada di setiap ponsel masyarakat yang akan berkunjung ke tempat umum mal, cafe, hotel, dan tempat wisata.
"Jogja Pass nama dari Cared+. Agar lebih familiar. Jogja Pass tujuannya hanya sebagai ID digital yang dimiliki orang yang akan berkunjung ke Yogya," katanya.
Dengan aplikasi itu maka alan terlihat data jumlah wisatawan di satu lokasi. Sehingga bisa terpantau apakah terjadi kerumunan atau tidak.
"Data ini untuk mengetahui seandainya di suatu tempat ternyata ada orang positif atau reaktif sehingga bisa mentracing yang masuk ke sana siapa," pungkasnya.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!