Memasuki musim kemarau, fenomena alam embun es kerap terjadi di dataran tinggi Dieng. Fenomena alam ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Sayangnya, munculnya embun es ini sulit diprediksi, tergantung suhu udara di Dieng. Biasanya, embun es atau 'bun upas' ini muncul pagi hari saat suhu udara turun hingga minus derajat celsius. Dan akan mencair saat terkena terik matahari.
Kondisi inilah yang mendasari pembuatan aplikasi Cuaca Dieng. Aplikasi yang sudah bisa diunduh di Google Play Store ini bisa memudahkan wisatawan memprediksi munculnya embun es di Dieng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara, Aryadi Darwanto mengatakan, embun es baru bisa diprediksi malam hari sebelumnya dengan melihat suhu udara di Dieng. Dengan aplikasi tersebut, diharapkan bisa membantu wisatawan untuk memprediksi munculnya embun es di Dieng.
"Biasanya jika pagi harinya akan ada embun es, malam hari sekitar pukul 20.00 WIB suhu udara sudah turun antara 12 -10 derajat celsius. Asal tidak ada angin, biasanya ada embun es. Tetapi kalau memprediksi satu atau dua hari ke depan tidak bisa," terangnya saat dihubungi detikcom, Selasa (7/7/2020).
Alat deteksi ini dipasang di depan kantor UPT Dieng atau berjarak 50 meter dengan lapangan Candi Arjuna, lokasi yang kerap muncul embun es. Akurasi alat pengukur suhu ini selisih 1-2 derajat celsius.
![]() |
"Alatnya dipasang di depan kantor UPT Dieng, jadi lebih hangat sedikit dibanding lapangan komplek Candi Arjuna. Sehingga wisatawan tinggal mengurangi 1-2 derajat celsius antara suhu di aplikasi dengan di lapangan komplek Candi Arjuna," jelasnya.
Sayangnya aplikasi ini belum dilengkapi dengan pengukur kecepatan angin. Sebab, meski suhu udara turun hingga minus derajat, embun es bisa tidak muncul jika ada angin kencang di Dieng. "Untuk saat ini belum ada untuk pengukur tekanan udara. Tetapi ke depan akan kami sempurnakan untuk memudahkan wisatawan," ujarnya.
Aryadi menuturkan, ide awalnya bermula saat dirinya berbincang dengan temannya yang sudah membuat aplikasi pengukur suhu untuk pembelajaran siswa SD.
"Awalnya itu saya ngobrol dengan teman yang sudah membuat aplikasi pengukur suhu untuk pembelajaran siswa SD. Dari situ, kenapa tidak membuat hal serupa yang ditempatkan di Dieng," kata dia.
(elk/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!