Ketika Paspor Negara Maju Kehilangan Kekuatannya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ketika Paspor Negara Maju Kehilangan Kekuatannya

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Sabtu, 11 Jul 2020 16:50 WIB
London, England - August 30, 2016: An editorial stock photo of a collection of British Passports. Photographed isolated on a white background. Photographed using the Canon EOS 5DSR
Foto: iStock
Jakarta -

Pandemi COVID-19 tak hanya berdampak pada ekonomi dunia, tapi juga paspor negara maju. Perlahan, pengaruhnya mulai memudar.

Kekuatan dari paspor negara-negara yang terkenal kuat seakan redup di hadapan pandemi COVID-19. Lockdown dan penutupan negara kian membatasi kekuatan dari paspor banyak negara dunia yang dahulunya begitu berkuasa.

Hanya saja, pergeseran akan kekuatan paspor-paspor dunia pun mulai terjadi. Dilihat detikcom dari situs Henley Passport Index, Rabu (8/7/2020), sejumlah paspor negara dunia yang tadinya berkuasa pun seakan turun tahta akibat pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Paspor AS yang masuk dalam peringkat 10 besar dengan bebas visa ke 185 destinasi di dunia pun kini setara dengan paspor Uruguay dan Meksiko di peringkat 25 dan 28. Alasannya, karena negara Uni Eropa menerapkan travel ban untuk Amerika.

"Lihat paspor AS untuk contoh. Di tahun 2014 merupakan paspor terkuat di dunia, tapi warga AS kini punya lebih sedikit kebebasan untuk bepergian ketimbang warga kaya dari negara berkembang karena terkucilkan dari Eropa," pungkas Chairman Henley & Partners, Christian H Kaelin.

ADVERTISEMENT

Kekuatan paspor Rusia yang dahulu selalu di atas Georgia dan Albania, bahkan kian terpuruk di kawasan. Pemegang paspor Brasil yang sejatinya berada di peringkat ke-19 pun kini tak lebih baik dengan paspor Paraguay di peringkat ke-36.

Kini, paspor terkuat di dunia pun dipergang oleh Jepang di peringkat pertama dengan bebas visa kunjungan ke 191 negara. Disusul oleh Singapura di peringkat kedua, serta Jerman dan Korea Selatan di peringkat ketiga.

Pembukaan kembali sejumlah negara pun tak serta merta membuat mobilitas travel antar negara kembali pulih. Malah, ada lebih banyak aturan baru yang menghalangi.

"Bahkan ketika negara-negara membuka perbatasannya, diprediksi kalau sejumlah negara akan menerapkan batasan imigrasi baru dan travel ban ke sejumlah negara berkembang tertentu," ungkap Prof Dr Yossi Harpaz, Asisten Profesor jurusan Sosiologi Universitas Tel Aviv.

Ditambahkan oleh Prof Yossi, kini baik paspor negara berkembang dan maju mulai mengalami penurunan secara nilai. Terutama di masa yang penuh dengan ketidakpastian seperti ini.




(rdy/rdy)

Hide Ads