Para pekerja asing Uni Emirat Arab sulit untuk kembali ke sana setelah terjebak lockdown di negara lain. Masalah kian rumit setelah dengan mereka memiliki anak.
Eudinson Uy dan istrinya yang sedang hamil berencana untuk pulang ke Uni Emirat Arab setelah liburan di Armenia. Tapi, karena lockdown mereka tak bisa meninggalkan Armenia hingga bayi lahir.
Pasangan asal Filipina itu bahkan belum bisa meninggalkan Armenia hingga putra mereka berusia empat bulan. berbagai upaya dilakukan untuk bisa pulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah menghubungi Kedutaan UEA di Armenia, imigrasi Dubai, dan seluruh saluran hotline dan darurat yang diberikan oleh UEA. Tapi, mereka bilang mereka tak bisa membantu kami meskipun istri saya hamil," kata Uy seperti dikutip AP.
Sebelum lockdown, pekerja asing yang telah merencanakan perjalanan kerja, liburan atau untuk melahirkan dekat keluarga di rumah meninggalkan UEA dengan maksud untuk kembali lagi bekerja setelah cuti habis.
Tapi kemudian, UEA di-lockdown. Mereka kesulitan untuk masuk UEA lagi, terutama bagi mereka yang memiliki bayi yang baru lahir.
Baca juga: 10 Bandara Terbaik 2020, Ada dari Indonesia? |
Memang sih, saat Dubai dibuka lagi untuk turis pada 7 Juli ada harapan mereka bisa kembali ke UEA. Di saat bersamaan, Otoritas Federal untuk Identitas dan Kewarganegaraan UEA mengambil langkah untuk mengembalikan sekitar 200.000 orang ke UEA, tetapi aturannya masih belum jelas dan banyak permohonan ditolak.
Beberapa anggota grup Facebook untuk pekerja asing yang terdampar di luar UEA mengatakan mereka mengajukan aplikasi untuk kembali ke UEA, namun ditolak, sampai lebih dari 10 kali. Seorang wanita mengatakan dia mengajukan permohonan sampai 21 kali.
Pembukaan Dubai untuk para wisatawan membantu beberapa orang kembali, ketika orang-orang Eropa dan orang-orang dari Dewan Kerjasama Teluk menerima visa pada saat kedatangan di UEA. Tetapi, tidak semudah itu bagi orang-orang dari negara-negara Asia yang justru menjadi pemasok tentara, pekerja, pembersih, supir taksi, dan pekerja kantor di Emirates, memerlukan visa yang dikeluarkan sebelumnya.
Aturannya makin tidak jelas ketika menyangkut bayi baru lahir. Banyak ibu baru yang bepergian ke luar UEA untuk melahirkan, namun kemudian tidak bisa membawa serta anak-anak mereka. Semua penduduk UEA, termasuk anak-anak, memerlukan nomor ID nasional untuk kembali.
Pemerintah Emirat tidak mengeluarkan ID nasional untuk bayi baru lahir sampai mereka memiliki visa tinggal. Tetapi, banyak orang tua tidak dapat memperoleh visa anak-anak mereka karena kedutaan besar Emirat di luar negeri ditutup karena pandemi virus Corona.
"Ini seperti Catch-22 (novel yang ditulis Joseph Heller)," kata Minna Joseph, yang telah berada di Kanada sejak Februari.
"Banyak ibu yang tidak tahu cara mengembalikan bayi mereka," dia menambahkan.
Joseph berencana untuk kembali pada bulan Maret tetapi saat ini berada di Vancouver. Dia menunggu untuk membawa putranya yang baru lahir kembali ke UEA.
Dubai juga melembagakan sistem baru terkait bayi yang baru lahir dengan ID ibu mereka. Tetapi, enam negara emirat UEA lainnya semuanya memiliki aturan imigrasi mereka sendiri.
Abu Dhabi, misalnya, masih memiliki perbatasan tertutup dengan emirat lain, membutuhkan tes COVID-19 negatif baru-baru ini sebelum mengizinkan orang masuk.
Ketika UEA menutup perjalanan udara pada bulan Maret, warga Emirat di luar negeri dapat kembali, tetapi pekerja asing tidak. Pemerintah hanya membuat pengecualian sesekali untuk keadaan darurat dan kasus kemanusiaan.
"Kami sedih dengan apa yang mereka katakan; bahwa mereka tidak dapat pulang bahkan saat istri saya hamil," kata Uy.
"Kami makin sedih setelah melihat bahwa mereka telah dipulangkan sejumlah orang UEA yang bahkan tidak dalam keadaan darurat, tidak seperti istri saya," dia menambahkan.
Sementara itu, Iqra Kamran, 25 tahun, baru saja melahirkan putrinya di Karachi, Pakistan. Dia dan suaminya berpisah selama berbulan-bulan setelah dia diizinkan kembali ke rumah mereka di UEA. Dia tidak dapat bergabung dengannya dengan anak mereka sampai Dubai memperkenalkan sistem baru pada akhir Juni.
"Suami saya tinggal di UEA dan melayani UEA karena saya pikir delapan tahun atau sembilan tahun. Jadi, mereka seharusnya memihak kita," kata dia.
Adapun Joseph masih menunggu kesempatan itu di Kanada bersama bayi yang baru lahir dan putrinya yang berusia empat tahun, Kataleia. Suaminya, Stefan, di Dubai, mencoba untuk menjaga komunikasi, meskipun ada perbedaan waktu 11 jam.
"Kamu tahu ini sangat menyedihkan. Ini sangat sulit," katanya.
"Terima kasih ada video call, itu bagus. Stef bisa membacakan Kiki sebuah cerita setiap malam," ujar dia.
Di Emirates dilaporkan muncul hampir 55.000 kasus dan setidaknya 333 kematian sejak wabah dimulai.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!